Contohnya begini, kita bahas komedi klasik yang memperlihatkan orang berjalan yang lalu jatuh terpleset karena kulit pisang. Kita lalu tertawa akan hal tersebut dan kita merasa superior sejenak.Â
Kita tidak peduli dengan orang tersebut yang mengaduh kesakitan karena terjatuh dan kita malah tertawa. Kita "merendahkan" sejenak orang yang terjatuh tadi.
Perasaan superior tersebut merupakan hal yang wajar saat seorang tertawa dan bukan hal buruk jika dalam porsi yang wajar.Â
Selama orang yang menjadi objek tertawaan tersebut menerima dan tidak tersinggung serta haknya tidak dilanggar, maka hal tersebut dapat diterima.
Pelawak yang baik harus dapat mengatur tingkat superioritas para penontonnya agar cukup tinggi hingga menyentuh objek atau materi yang dibawakannya.Â
Biasanya pula pelawak menggunakan dirinya sendiri sebagai bahan tertawaan dengan berperilaku bodoh dan berpenampilan jelek nan aneh.
Banyak pelawak yang tersandung masalah karena beberapa pihak tersinggung berasal dari hal ini. Pihak yang tersinggung tersebut tidak mendapat cukup rasa superior pada objek atau materi yang dibawakan pelawak ini sehingga timbullah rasa peduli dan iba pada objek atau materi tersebut.
Peduli tersebut akhirnya direspon dengan tindakan ketersinggungan dan agresi ke pelawak dan orang yang menertawakan objek tersebut.
Setelah tahu tentang efek keterkejutan dan perasaan superior yang membuat orang tertawa ini membuat kita tahu perjuangan seorang pelawak untuk mengatur kedua hal tersebut agar kita dirumah dapat tertawa.Â
Pelawak dekat dengan konflik ketersinggungan setiap orang yang dapat menjatuhkan karirnya.
-------