Mohon tunggu...
Rahmat Abd Fatah
Rahmat Abd Fatah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Feature/Opini/Puisi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Budaya Demokrasi Hate Speech di Era Pos Truth

22 Januari 2023   18:12 Diperbarui: 22 Januari 2023   18:23 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.bawasluternate.go.id

Itusebabnya tentu kita berharap bahwa secepatnya para elit politik nasional maupun di daerah membangun konsenses nasional dan lokal, agar setidaknya dapat mengurangi penggunaan politik identitas dalam kampanye politiknya, kemudian bersepakat mempersembahkan menu terbaik  dan berkulitas bagi rakyat dengan politik gagasan, yang tumbuh dari hasil kajian atas keterbelakangan dan kemiskinan rakyatnya karena bukankah kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatlath yang menjadi motif utama hadirnya budaya demokrasi yang demokratis.

Budaya demokrasi yang sudah demokratis, yaitu toleran dan akomodatif terhadap perbedaan (Almond dan Verba, 1963; Huntington, 1984), mendorong partisipasi dan tradisi kewargaan di level lokal. Melahirkan komitmen warga yang luas, membentuk komunitas warga dan mewujudkan hubungan horizontal; Amanah, toleransi, kerjasama dan integrasi (Putnam,1993).

Anthony Giddens(Sosiolog) menyebutnya dengan pendalaman demokrasi atau demokratisasi atas demokrasi (democratizing democracy). Bagi Giddens sumbangan penting dari demokrasi adalah membangun hubungan dialogis yang didasari oleh trust antar sesama individu dan kelompok. Demokrasi dialog bagi Giddens harus didasarkan atas kepercayaan (trust) dan sebaliknya, trust diperkuat lewat dialog yang berulang(Beresaby, 2004) Menafsir Giddens dalam teori strukturasinya, bahwa hubungan yang mesti dibangun adalah hubungan dualitas yang diperkuat dengan kepercayaan. Bukan hubungan dualisme, yang menempatkan masyarakat hanya sebagai objek. Atau sebaliknya masing-masing tampil mempertahankan eksistensinya yang dangkal dengan terus menebari kebencian (Hate Speech) antar sesama warga bangsa[].

Oleh Rahmat Abd Fatah

 Sumber Tulisan :https://ternate.bawaslu.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun