Sudah sepekan Zolenk jadi sopir mobil untuk layanan berbasis aplikasi online smartphone.
"Ternyata bisa jadi terapi melatih kesabaran di jalan raya, dan gak lagi mengeluarkan sumpah serapah di sepanjang jalan," katanya pada istri.
"Aku juga bisa mulai bersahabat dengan kemacetan," imbuh Zolenk.
"Ada hikmahnya juga berarti, yah," kata bunda.
Selepas Shalat Subuh, Zolenk siap-siap berangkat "dinas" dengan mainan barunya itu.
"Halo, pesan ojek mobil online?" tanya Zolenk di ujung telepon berkali-kali kala menyapa calon penumpang.
Setelah melakukan penjemputan dan penumpang naik, dan umumnya duduk di kursi belakang, Zolenk menginformasikan ke sistem jika penumpang sudah ada di dalam mobil.
Sepanjang perjalanan, beragam karakter penumpang mengisi kabin mobil. Ada geng cewek yang bercerita tentang kehidupan malam dan pacar-pacarnya.
Ada mahasiswi yang tetiba di jalan minta perubahan rute ke salah satu mall terkemuka di wilayah Selatan. Ada juga dua anak SMP yang pulang les sama temannya minta diantar pulang, lalu ada tiga pekerja IT yang minta diantar ke salah satu pusat perbelanjaaan dengan rute termacet di ibukota.
Keesokan harinya ada penumpang tiga ibu usia 50an tahun dengan dialek dan obrolan Jawa yang khas, serta di kesempatan lain naik dua orang perempuan pegawai di sebuah dealer brand mobil asal Jerman.
"Pak, saya boleh buka kaca dan minta tolong matiin ac-nya yah. Saya mual nih," kata salah seorang perempuan pekerja dealer mobil tersebut.