Mohon tunggu...
Rahmat Derryawan
Rahmat Derryawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya seorang automotive enthusiast, traveller, movie goers, ayah dari 4 orang anak, suka menulis dan fotografi. Blog pribadi jbkderry.wordpress.com Twitter @jbkderry email derry.journey@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kenapa Netizen Lebih Mencintai Ojek Online Dibanding Metromini?

22 Desember 2015   19:21 Diperbarui: 22 Desember 2015   19:54 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ojek Online terbukti lebih dicintai Netizen dibanding Metromini."][/caption]Bulan Desember 2015, netizen (masyarakat pengguna internet) menunjukkan sikap dan dukungan pada moda transportasi pilihannya. Ketika Kementerian Perhubungan melarang keberadaan ojek online pada tanggal 18 Desember, tagar #SaveGojek sebagai bentuk dukungan langsung memuncaki trending topic di Twitter.

Tapi ketika Metromini melakukan mogok massal pada tanggal 21 Desember, kata “Metromini” memang masuk menjadi di tangga trending topic, namun isinya malah mayoritas mendukung Metromini tidak beroperasi selamanya (Sumber).

Pandangan Netizen Nan Unik

Saya sebut unik, karena ojek online saat ini bukan perusahaan angkutan umum berpayung hukum, sementara Metromini di sisi lain memiliki syarat dasar sebagai perusahaan yang melayani angkutan umum dalam bentuk Perseroan Terbatas.

Tidak urung pihak Dewan Pengurus Pusat Organisasi Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) turut berkomentar. Senin 21 Desember 2015 melalui Adrianto Djokosoetono selaku Ketua DPP Organda mengadakan jumpa pers.

“Kami tidak menolak keberadaan ojek online, namun mereka (pihak penyedia jasa ojek online) mestinya mengikuti aturan hukum yang berlaku. Di sisi lain, sudah jelas larangannya motor menjadi angkutan umum,” kata Adrianto.

Pada UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan roda dua tidak dimaksudkan untuk angkutan publik.

Saat menganulir keputusan larangan untuk ojek online pada 18 Agustus 2015, Ignasius Jonan selaku Menteri Perhubungan mengatakan ojek online boleh tetap beroperasi sementara, selama belum ada transportasi publik yang memadai.

Harapan Organda

Pihak DPP Organda melalui Adrianto Djokosoetono berharap, layanan ojek online hanya dikhususkan untuk kebutuhan kurir barang dan semacamnya, mengingat tingkat keselamatan angkutan umum berbasis sepeda motor sangat rendah.

Adrianto berharap pemerintah segera membuat perencanaan dan target mengenai penataan transportasi publik yang terintegrasi, aman dan nyaman.

Data Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor

Menurut data Ditlantas Polda Metro Jaya, saat ini sekitar 80 – 85 orang meninggal dunia di jalan raya dan umumnya adalah pengguna sepeda motor.

[caption caption="Data Tipe Kendaraan Penyebab Kendaraan - Korlantas Polri (korlantas-irms.info)"]

[/caption]

Kata Pengamat 1: Ojek Online Bisa Jadi Sarana Transportasi Jarak Pendek

“Keputusan Menteri Perhubungan sebenarnya baik dan sesuai undang-undang, namun memang waktunya sangat terlambat. Pada akhirnya, masyarakat akan memilih mode transportasi publik yang lebih aman untuk dirinya,” kata Paulus S Firmanto, pengamat industri otomotif roda dua di Indonesia, yang juga mantan Direktur Roda Dua di Suzuki Indonesia dan General Manager di Yamaha Indonesia.

“Kini, ojek online harus punya peranan penting dalam hal kontrol keselamatan, mulai dari kelaikan motor dan pengendara, serta aspek keselamatannya. Jika konsisten dibina dengan benar dan dikontrol faktor keamanannya dengan menjalankan pembinaan pengemudi, serta juga dikontrol kendaraan yang dipergunakan, maka ojek online bisa menjadi sarana transportasi jarak pendek yang akan memukul banyak moda transportasi lainnya.”

Kata Pengamat 2: Ojek Online Merupakan Tanda Transportasi Publik Belum Memadai

Persoalan transportasi ojek online juga tidak luput dari perhatian Jusri Pulubuhu, Training Director dan Founder dari Jakarta Defesinve Driving Consulting (JDDC). Pakar keselamatan berkendara berkelas internasional ini menuturkan pandangannya, Selasa (22/12).

“Ojek onlinemerupakan pilihan konsumen, karena belum tersedianya angkutan publik yang memadai dalam hal kenyamanan dan keamanan,” kata Jusri.

Di sisi lain menurut Jusri, keberadaan ojek lebih fleksibel, cepat dan mudah diperoleh dari titik jalan mana saja. “Meski dari aspek safety, pilihan ojek sebagai moda transportasi favorit menunjukkan kelemahan masyarakat Indonesia pada umumnya yang belum betul memahami potensi kecelakaan maupun resiko cidera serius atau risk exposure dari sepeda motor.”

“Persoalannya ojek sebagai moda transportasi alternatif sudah tebal di kalangan masyarakat yang memiliki masalah dengan moda transportasi murah dan kemacetan yang ada, sehingga jika dihapus akan menjadi masalah besar bagi pemerintah,” imbuhnya.

Jusri merekomendasikan agar pemerintah dapat melakukan tindakan supercepat dalam mengatasi infrastruktur transportasi umum, baik untuk penyediaan jenis kendaraan maupun para pengemudinya yang berbasis keselamatan.

Metromini & Kontroversinya

Faktanya, Metromini kerap kali menjadi biang kecelakaan lalu lintas dengan berkemudi ugal-ugalan, melanggar peraturan lalu lintas, serta telah menyebabkan banyak korban jiwa akibat kecelakaan yang disebabkan kecerobohan banyak pengemudinya.

Kata Penumpang Metromini

Seorang kawan SMA di Makassar yang kini juga berdomisili di pinggiran Jakarta menuturkan, “Metromini masih menjadi pilihan bagi mereka yang mendapat standar upah minimum. Jika Metromini ditiadakan akan ada biaya tambahan dan keributan dalam rumah tangga. Kalaupun mau dihapuskan siapkan pengganti alternatif lebih dulu, baru bisa menangkap dan mengandangkan Metromini.”

Kawan saya satu ini bukan karyawan standar UMP, namun ia menjadi pelanggan Metromini atau Kopaja dari stasiun Sudirman menuju tempat kerjanya.

Ojek Online Lebih Peduli Standar Keselamatan Berkendara

Di sisi lain, layanan ojek online seperti Go-Jek malah mengundang Rifat Sungkat (pereli nasional dan salah satu pakar keselamatan berkendara) untuk memberikan pelatihan dasar kepada awak pengemudi Go-Jek mengenai mengemudi aman yang berlalu lintas.

Bagaimana menurut pendapat Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun