Halo teman-teman semua, seperti yang kita ketahui masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Tentunya, pada masa ini banyak sekali  yang harus kita hadapi baik secara biologis maupun psikologis. Nah, ternyata gangguan mental tidak hanya bisa terjadi pada manusia dewasa saja lho. Remaja juga rentan akan gangguan kesehatan mental, karena banyak sekali faktor risiko yang dihadapi remaja yang berpotensi memengaruhi kesehatan mental mereka. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres selama masa remaja diantaranya adalah rasa ingin tahu akan sesuatu hal yang baru yang begitu tinggi, keinginan besar untuk hidup lebih mandiri, tekanan saat ingin menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta peningkatan akses dan penggunaan tekhnologi. Faktor lainnya pun dapat juga dihadapi para remaja seperti kondisi rumah tangga orangtuanya dan kekerasan seksual yang rentan menimpa remaja. Lalu apa saja gangguan mental yang kerap kali terjadi pada remaja? Ini contohnya.
Melansir dari WHO, berikut jenis-jenis gangguan mental yang rentan dialami oleh para remaja:
1. Gangguan emosiÂ
2. Masalah perilaku
3. Gangguan makan
4. Psikosis
5. Menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri
6. Perilaku pengambilan resiko
WHO menyebutkan, anak muda alias generasi milenial saat ini lebih rentan terkena gangguan mental. Terlebih masa muda merupakan waktu di mana banyak perubahan dan penyesuaian terjadi baik secara psikologis, emosional, maupun finansial. Misalnya upaya untuk lulus kuliah, mencari pekerjaan, dan lain sebagainya.Â
Selain perubahan hidup, teknologi juga turut berkontribusi terhadap kesehatan mental generasi muda. Salah satunya adalah penggunaan media sosial. Media sosial yang saat ini sangat rentan menjadi wadah untuk remaja mengekspresikan emosinya. Kadang mereka dengan sengaja mengekspresikan kesedihan mereka di media sosial dengan tujuan mendapatkan empati. Â Media sosial seakan menciptakan gaya hidup ideal yang sebenarnya tidak seindah kenyataan. Hal inilah yang menciptakan tekanan dan beban pikiran pada generasi muda.