Agricultural Cooperatives – Key To Feeding The World.
Pernahkan anda mendengar atau melihat kalimat ini dalam waktu satu minggu ke belakang? Mungkin belum banyak yang tahu, kalau kalimat diatas merupakan main focus dari World Food Day tahun ini. Fokus yang cukup menarik, terutama bila kita mengingat bagaimana lika-liku Agricultural Cooperatives atau Koperasi Pertanian di Indonesia.
Sebelum membahas lebih jauh tentang main focus dari World Food Day, kita bahas dulu apa itu World Food Day. Jadi ,WFD sendiri bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman kita melalui beberapa pendekatan untuk mengatasi krisis pangan dan masalah kelaparan di dunia. WFD digagas oleh FAO dan diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Oktober. Tiap tahunnya, WFD mengusung beberapa fokus yang berbeda dan main focus dari WFD tahun ini ialah Agricultural Cooperatives – key to feeding the world.
Agricultural Cooperatives dalam Pandangan FAO
Pemilihan main focus WFD tahun ini menyoroti koperasi pertanian (Agricultural Cooperatives), Â yakni bagaiman peran koperasi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan kontribusi terhadap pemberantasan kelaparan.
Dalam situs resminya, FAO menjelaskan bahwa dengan melalui koperasi, petani-petani kecil dapat meningkatkan kekuatan penawaran dan pembagian sumber daya yang mengarah pada ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan bagi jutaan orang. Koperasi merupakan sarana pemberdayaan bagi petani-petani kecil, dimana bila mereka tergabung dalam kelompok yang lebih besar, maka petani kecil dapat menegosiasikan syarat atau ketentuan yang lebih menguntungkan dalam suatu kontrak/perjanjian pertanian, dan mendapatkan harga yang lebih murah untunk beberapa input pertanian, seperti bibit, pupuk, dan peralatan. Selain hal tersebut koperasi pun menawarkan beberapa prospek pada petani kecil, sesuatu yang tidak dapat diraih secara individual, seperti bantuan pengamanan hak atas tanah dan peluang pasar yang lebih baik.
Agricultural Cooperatives di Indonesia : Peran Koperasi Unit Desa bagi Para Petani
Agricultural Cooperatives di Indonesia dikenal dalam bentuk Koperasi Unit Desa (KUD).KUD didirikan oleh pemerintah. Â Dana yang di peroleh KUD berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela para anggota koperasi tersebut. selain dari para anggota, dana yang di peroleh koperasi ini juga berasal dari pemerintah melalui anggaran di luar APBN dan APBD.
KUD memiliki beberapa peranan, diantaranya dapat menjadi wadah bagi kelompok tani yang ada sehingga kelompok tani yang dibentuk akan bersifat permanen dan dapat terkoordinir dengan baik dalam KUD. Keberadaan kelompok tani (gapoktan) umumnya banyak yang bersifat tidak permanen. Kelompok tani dibentuk berdasarkan program pemerintah apabila program telah selesai maka keberadaan kelompok tani tersebut juga akan berakhir. Setiap digulirkan program baru oleh pemerintah, maka akan terbentuk kelompok tani yang baru pula.
Peranan KUD yang lainnya yaitu membantu para petani di desa dengan bertindak membeli semua hasil panen para petani untuk dijual kembali dengan harga yang sesuai harga pasar. Hal ini dilakukan terutama saat masa panen tiba, dimana para tengkulak masuk desa dan memonopoli harga jual hasil panen petani dengan harga yang sangat murah, sehingga para petani mengalami kerugian. Selain itu, dengan menjadi anggota KUD para petani juga mendapatkan fasilitas kredit dari koperasi. Dana yang di peroleh dari kredit ini di gunakan untuk keperluan para petani. biasanya dana ini di gunakan untuk pembelian pupuk, pembelian bibit dan lain – lain.
Masalah KUD di Indonesia
Secara umum, permasalahan KUD di Indonesia dapat bersumber dari sisi internal dan eksternal. Faktor Internal yang menjadi permasalahan ialah lemahnya daya dukung SDM seperti rendahnya partisipasi anggota maupun pengurusnya. Rendahnya pengetahuan anggota KUD tentang koperasi, sebab umumnya anggota KUD ialah petani dan golongan ekonomi lemah yang awam koperasi. Selain hal tersebut, banyak KUD yang tidak siap menghadapi sistem perekonomian pasar dan menghadapi persaingan dari luar serta lemahnya permodalan. Adapun faktor eksternalnya yakni KUD terlalu menggantungkan diri terhadap bantuan pemerintah dan kurangnya kerja sama dengan pihak swasta atau BUMN baik dari segi permodalan maupun kerja sama usaha.
Masalah lainnya yaitu tunggakan Kredit Usaha Tani (KUT) yang mencapai 5,7 triliun rupiah sejak tahun 1998. Total dana KUT yang disalurkan pemerintah pada 1998 itu sebesar Rp 5,7 triliun. Dana itu berasal dari BRI Rp 2 triliun dan 14 bank lainnya yang sebagian besar adalah badan usaha milik negara. KUT disalurkan ke hampir 5.000 koperasi dan lembaga swadaya masyarakat. Data para petaninya ada di LSM dan koperasi yang sampai sekarang tidak jelas keberadaannya.
KUD sebagai Kekuatan Ekonomi Rakyat
Mengingat berbagai peranan penting yang diemban KUD, maka KUD harus tetap dipertahankan bahkan diperkuat hingga dapat menjadi kekuatan ekonomi di tiap pedesaan. Bila digabungkan, maka kekuatan ekonomi di pedesaan tersebut daapt menjadi suatu kekuatan ekonomi rakyat, terutama di Indonesia, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Â Menurut Syariefuddin Hasan, Menkop UKM, salah satu cara mengembangkan KUD sebagai kekuatan ekonomi rakyat ialah dengan melakukan revitalisasi KUD. Revitalisasi KUD dilakukan dengan pertama-tama membenahi permasalahan internal, yang berada dalam tubuh KUD tersebut, baru membenahi permasalahn eksternal.
Selain hal tersebut, tentunya perlu dilakukan pendataan KUD aktif beserta anggota dan pengurusnya serta peningkatan kompetensi SDM didalamnya. Pengembanagan SDM koperasi harus terus ditingkatkan baik di jajaran pengurus, anggota maupun pengawas koperasi. Sehingga pengelolaan koperasi daapt berjalan baik dan tingkat partisipasinya meningkat. Bantuan pemerintah tentunya tak kalah penting, terutama dalam masalah permodalan walau tentunya KUD masa kini harus terus berinovasi dan tidak melulu mengandalkan bantuan pemerintah.
Tanpa dukungan dari berbagai aspek koperasi, maka sulit bagi suatu KUD untuk maju dan berkembang. Saat ini banyak KUD yang hanya berupa papan nama dan gedungnya saja, namun tidak ada kegiatan sama sekali.
Tapi tentunya itu bukanlah hal yang kita harapkan bukan? Peran KUD masih diperlukan dan bahkan bisa menjadi kekuatan ekonomi rakyat bila diberdayakan dengan baik. Revitalisasi KUD memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin revitalisasi tidak bisa langsung dilakukan secara langsung sekaligus. Tidak ada yang instan. Semua butuh waktu, bantuan dari berbagai pihak dan tentunya kesadaran dari pengelola KUD untuk terus maju dan berkembang.
Harapan itu masih ada selama masih ada asa yang menyertainya.
Maafkan saya, bila pembahasannya jadi melebar kemana-mana. Padahal tadinya saya hanya ingin bincang-bincang tentang main focus World Food Day tahun ini. Supaya tema bukan hanya jadi tema, apalagi ga ngerti tema-nya apa cuman karena alasan klise seperti keterbatasan berbahasa inggris. Balik ke WFD 2012, revitalisasi KUD bisa jadi awal Key to Feeding The World. Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua.
Salam Kompassiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H