Mohon tunggu...
Rahma Siti
Rahma Siti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Saya merupakan seorang mahasiswa gizi Universitas Airlangga. Saat ini saya memiliki minat terhadap bidang kesehatan, psikologi, dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Ahli Gizi dalam Penanganan Wasting di Indonesia

27 Desember 2024   11:40 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan terkait status gizi pada anak. Terdapat tiga masalah gizi utama yang terjadi dip Indonesia, salah satunya adalah wasting. Wasting merupakan sebuah kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah dan menunjukkan penurunan berat badan parah. Singkatnya, wasting mengacu pada kondisi anak yang terlalu kurus untuk tinggi badannya. Oleh karena itu, peran tenaga ahli gizi sangat penting dalam menangani masalah wasting yang ada di Indonesia. 

Ahli gizi yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai kebutuhan gizi anak dapat memberikan intervensi yang sesuai untuk menangani masalah wasting di Indonesia. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ahli gizi lakukan untuk menjalankan peran yang mereka.

  • Memberikan edukasi

Langkah pertama yang dapat mereka lakukan adalah memberikan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa mengenal gender dan usia. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada ketimpangan pengetahuan mengenai gizi dan wasting. Edukasi yang dapat mereka berikan dapat berupa sosialisasi dengan warga atau edukasi menggunakan media digital. 

  • Merancang program makanan bernutrisi

Setelah memberikan edukasi, para ahli gizi yang bertugas dapat merancang program makanan bernutrisi kepada keluarga yang memiliki anak berusia dini. Adapun program makanan bernutrisi tersebut disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya dan kondisi keluarga mereka. Program makanan bernutrisi ini dapat diuji coba selama beberapa hari untuk menilai apakah makanan yang telah diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi anak.

  • Melakukan monitoring dan evaluasi nutrisi

Setelah merancang dan melaksanakan program makanan bernutrisi, ahli gizi melakukan pmonitoring kepada para orang tua dan anak-anak. Tak lupa, ahli gizi juga perlu melakukan evaluasi kepada orang tua mengenai makanan yang telah mereka berikan kepada anak mereka. Evaluasi yang mereka lakukan dapat berupa apakah makanan tersebut sudah cukup bernutrisi dan memenuhi kebutuhan gizi anak.

Untuk menangani masalah wasting di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Banyak pihak yang dibutuhkan untuk turut menangani masalah wasting, seperti pemerintah, tenaga kesehatan lainnya, masyarakat, serta pihak-pihak terkait. Tanpa kontribusi mereka, segala upaya yang telah dilakukan para ahli gizi dalam menangani wasting di Indonesia tidak akan ada gunanya.

Referensi:

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1673/stunting-vs-wasting-pada-anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun