Mohon tunggu...
Rahma Shafira
Rahma Shafira Mohon Tunggu... Administrasi - im newbie

lets be my friends!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali "Toxic Relationship"

17 November 2021   23:12 Diperbarui: 17 November 2021   23:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Toxic relationship adalah hubungan yang membuat salah satu pihak merasa tidak dihargai, direndahkan, atau di lukai. Tindakan - tindakan negatif yang bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang ini bisa serangan secara fisik, psikologis, atau emosional.

Yang terjadi ketika kita masuk dalam hubungan tidak sehat tersebut adalah "secure attachment" jadi merasa tidak nyaman jika tidak ada dia. Kemudian "cemas ambivalen" berada di antara perasaan senang dan takut. Seharusnya tidak ada perasaan itu kalau berada di dekat orang yang dicintai, namun hanya ada perasaan nyaman. Muncul rasa cemas menghindar atau  hubungan yang sebenarnya ingin dihindari tetapi merasa tidak bisa karena sudah terbiasa melakukan apapun bersama atau dengan pengawasan dia. Selain menderita cemas dan stress, trust issues, kesehatan mental yang terganggu, gangguan dalam kehidupan sehari-hari, trauma, tidak nyaman, dan tidak aman.

Banyak hal yang bisa kita perhatikan atau kita lihat dari orang atau pasangan kita sendiri jika mereka akan membuat hubungan sehat menjadi hubungan tidak sehat  (toxic). Beberapa cara untuk mengenalinya yaitu terlalu yang paling menonjol mengekang, terlalu ikut campur urusan pasangan, ingin mengambil alih apa yang dilakukan pasangan, sibuk dengan dunia maya, suka mengkritik, menghindari hubungan emosional dengan orang lain, menyembunyikan masalah, memanipulasi orang lain, tidak konsisten, enggan meminta maaf, tidak memiliki simpati dan empati.

Toxic relationship (Hubungan beracun) terkadang tidak hanya ditandai dengan perilaku seperti yang sudah dijelaskan,dan terkadang isyaratnya bisa samar lewat kata atau tindakan sehari-hari yang kerap tidak disadari. Pun kita mengalami rasa tidak berdaya di dalam hubungan tersebut. Kemudian terfikrikan Apa yang diharapkan dari hubungan itu terasa tidak kunjung tercapai. Dampak yang terjadi jika kita sudah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat bisa terasa hingga jangka panjang. 

Orang bisa merasa tidak percaya diri, mengetahui hubungan ini memang tidak baik tapi sulit lepas karena merasa sayang dengan orang tersebut. Kemudian pasangan atau pelaku akan membuat kita merasa bergantung dengan mereka, dengan cara membuat kita atau korban jauh dari teman-teman dan keluarga. Jadi kita atau korban merasa hanya pasangan kita atau si pelaku tersebut yang menjadi tempat kita pulang. Kita atau korban merasa cuma dia yang selalu ada dan memahami kita.

Seseorang yang sudah berada di dalam hubungan tidak sehat itu terkadang tidak sadar kalau hubungan yang sedang dijalani merupakan hubungan tidak sehat. Jika ada orang yang memberikan saran agar keluar dari hubungan tersebut,  maka yang korban lakukan adalah makin membela sang pelaku, dan akan menutupi kebiasaan yang dilakukan pasangan atau pelaku agar kekasihnya tidak dinilai negatif oleh teman-temannya.

Setelah mengetahui lebih dalam mengenai Toxic Relationship maka berikut hal-hal yang dapat kita lakukan jika ingin menghindari hubungan tidak sehat, adalah dengan berbicara secara efektif, maksudnya yaitu pembicara dan penerima mengerti apa yang disampaikan. Kedua adalah asertif yaitu menyatakan secara langsung yang diingikan, menghargai dan memahami orang lain. Asertif memiliki arti tegas, berterus terang dan kalau bisa secara definitif diucapkan. 

Misalnya mengucapkan kalau kita tidak suka dibatasi untuk bermain dengan orang lain. Kalau kita sudah berbicara, namun masih saja terulang lagi, sebaiknya berpikir panjang untuk tetap menjalin hubungan dengan orang tersebut terutama jika ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan. Jangan sampai kita berpikir kalau sudah nikah dia bakal berubah, sangat tidak mungkin terjadi dia bisa berubah. Lebih mudah untuk meninggalkan pasangan yang membuat hubungan tidak sehat dan mencari orang yang memperlakukan dengan lebih baik dari pada menikah dengan orang yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun