Pernah mendengar istilah simalakama? Ya, ungkapan ini sering diartikan sebagai kondisi yang serba salah. Dimana seseorang harus menentukan suatu pilihan pada keadaan yang sulit yang keduanya memiliki hal yang dipertaruhkan.
Sama halnya dengan pendidikan baru baru ini, dunia sekolah yang kembali harus merasakan sulitnya belajar dengan adanya jarak ruang, kembali merasakan sulitnya belajar dengan keterbatasan.
Bukan tak ingin memaksakan kehendak, bisa saja sekolah tutup mata dan telinga seolah tidak terjadi apa apa, toh ini bukan hal yang buruk untuk dilakukan. Karena kualitas belajar akan lebih terjamin dan proses belajar akan lebih menyenangkan.
Namun sekolahpun mempertimbangkan hal yang lain, yang nanti dampaknya akan kembali pada dirinya, bisa jadi karena pertimbangan keselamatan warga sekolah, atau mungkin karena sanksi yang akan diterima. Ke duanya ada resiko keduanya ada konsekuensi.
Setelah pandemi gelombang pertama, sudah tentu dirasakan dampak dari belajar jarak jauh itu seperti apa, hingga muncul istilah " learning loss " dimana anak kehilangan arti rasa dan tujuan pendidikan itu sendiri.Â
Dan kini setelah anak merasakan kenyaman belajar beberapa waktu lalu, gelombang kembali datang dengan membawa keresahan yang sama, dengan membawa alasan yang sama.
Tapi pada akhirnya sekolah bisa apa? Simalakama bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H