Tegal, 23 November 2024
Penyakit jantung koroner (PKJ) merupakan penyakit kardiovaskular yang menjadi salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian di negara maju maupun negara berkembang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki kasus kematian akibat penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terindikasi dengan adanya gangguan pada organ jantung dan pembuluh darah.Â
Penebalan pada dinding pada pembuluh darah menyebabkan adanya sumbatan dan penyempitan pada pembuluh darah koroner yang akan mengganggu sistem kerja jantung. Karena menyangkut ogan jantung yang memiliki peran utama dalam sistem sirkulasi darah, jika terdapat masalah pada organ ini tentunya akan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk biaya pengobatannya.
Bedasarkan data statistik dunia, terdapat angka kematian sebesar 9,4 juta pertahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dan 45% diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular ini diperkirakan akan terus naik hingga 23,3 juta pada tahun 2030 (Ghani et. Al, 2016).
Di Indonesia sendiri, terdapat 1,5% penduduk yang terkena kasus penyakit jantung koroner di berbagai kalangan usia. Angka kematian peduduk tertinggi akibat PJK berada pada rentang usia 65-74 tahun, namun terdapat beberapa penduduk berusia 15-24 tahun yang juga mengidap PJK.
Menurut Rachmawati et. al (2021), Santosa dan Bacharuddin (2020), Tingginya prevalensi kematian akibat PJK tidak lepas dari faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi latar belakang.
 Faktor internal penyebab PJK dapat berupa genetik, pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi makanan tinggi kolestrol dan jarang melakukan aktivitas fisik yang dapat mengurangi Tingkat stress, hipertensi, dan masalah emosional. Sedangkan faktor eksternal penderita PJK dapat berupa faktor lingkungan dan motivasi dalam keluarga.
Berdasarkan penelitian deskriptif pada jurnal ilmiah yang berjudul "Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Di Pusat Jantung Terpadu", terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi PJK, diantaranya adalah:
1. Riwayat Keluarga
Orang dengan keluarga yang memiliki riwayat jantung koroner (PJK) akan lebih rentan terkena PJK daripada orang dengan keluarga yang tidak mengidap PJK.
Riwayat keluarga merupakan salah satu cara untuk  mengidentifikasi individu yang memiliki risiko tinggi untuk terkena suatu penyakit. Penyakit keturunan yang sering terjadi dapat berupa penyakit jantung, kanker, diabetes melitus (DM), stroke, dan hipertensi. Beberapa hasil studi dalam epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat predisposisi yang familial terhadap PJK (Kemenkes RI, 2019).
Jika terdapat orang tua yang mengidap PJK di masa muda, maka anaknya memiliki risiko terkena PJK yang tinggi daripada anak yang keluarganya tidak mengidap PJK.
2. Usia
Saat seseorang memasuki usia lanjut, maka orang tersebut memiliki risiko terkena PJK yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena penuaan sel-sel tubuh dan penurunan fungsi organ saat memasuki usia lanjut. Salah satu sel yang mengalami penuaan adalah sel otot. Sel otot manusia rentan terhadap peristiwa penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah atau disebut aterosklerosis.
3. Jenis Kelamin
Pria diperkirakan lebih rentan terkena PJK 10 tahun lebih awal dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena wanita yang masih mengalami siklus menstruasi akan mendapatkan perlindungan dari hormon estrogen, namun saat menopause risiko terkena PJK akan meningkat. Sedangkan pria lebih sering mengalami stress yang merupakan salah satu faktor penyebab PJK.
4. Hipertensi
Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi secara terus menerus dapat merusak arteri koroner. Selain itu, plak yang menempel  pada pembuluh darah terus menumpuk akan menyebabkan pengerasan dan penebalan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi kaku.
Berdasarkan penelitian (Amisi et al., 2018) responden dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terkena PJK sebesar 2,667 kali dibandingkan responden yang tidak mengalami hipertensi.Â
5. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki risiko yang tinggi terkena PJK, karena orang yang mengalami obesitas akan mengalami penyakit kardiovaskular lain, seperti hipertensi, hiperlipidemia (kadar lemak yang tinggi) dan diabtes melitus.
6. Penyakit Diabetes  Melitus
Diabetes melitus dapat mempercepat perkembangan PJK, bahkan pada pasien DM dengan penyakit kardiovaskular sebesar yang cukup parah dapat  menyebaban kematian (Rahmawati et al., 2020). Dan berdasarkan penelitian (Atika et al., 2021), dari 21 responden penderita PJK, 26 orang diantaranya adalah pengidap diabetes melitus (DM). karena DM dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel yang mengakibatkan aterosklerosis.
7. Kebiasaan Merokok
Pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, dapat menyebabkan risiko terkena PJK sebesar 25% daripada orang yang tidak merokok sama sekali. Selain itu, kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan penurunan kemampuan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen yang lebih besar.
8. Tingkat Aktivitas Fisik
Aktiviitas fisik dapat mengurangi risiko terkena PJK. Karena aktivitas fisik dapat membantu mengendalikan tingkat kolestrol dan kadar gula dalam tubuh yang dapat menghindari terjadinya obesitas. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan risiko terkena PJK 1,47 kali lipat dari pada individu yang cukup dalam beraktivitas fisik.
Gejala klinis PJK biasanya terjadi pada pasien yang berusia 40 tahun, namun karena beberapa faktor, tidak menutup kemungkinan bahwa PJK juga dapat terjadi pada pasien yang lebih muda. Berdasarkan penelitian (Satoto, 2014., Wahidah dan Haarahap, 2021), gejala klinis PJK diantaranya:
- Timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada area dada hingga menjalar ke area leher, bahu kiri, tangan dan punggung
- Adanya tekanan, remasan dan rasa terbakar hingga tertusuk di area dada
- Berkeringat dingin, mual, muntah, lemas, pusing dan pingsan.
- Adanya sensai tiba-tiba yang dating dengan kecepatan tinggi dan waktu yang bervariasi
Jika mengalami gejala PJK segeralah melakukan pemeriksaan ke dokter agar mendapatkan penanganan medis yang tepat agar menghindari terjadinya komplikasi lain, seperti aritma,gagal jantung, serangan jantung, silent ischaemia, angina pectoris, dan komplikasi infark iokard akut yang sangat berbahaya.
Pencegahan dini PJK dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makan bergizi yang cukup, mengelola stress dengan baik, berolahraga secara teratur dan melakukan pemeriksaan secara berkala. Â Â Â Â Â Â
References    Â
Kosasih, L. M. (2024). INTERVENSI FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat , 10-18.
Lindawati Farida Tampubolon, A. G. (2023). GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI PUSAT JANTUNG TERPADU (PJT). Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 1043-1050.
Shinta Dewi Lestari, I. S. (2023). GAMBARAN AKTIVITAS FISIK DAN TINGKAT KENYAMANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG. JURNAL ILMIAH SULTAN AGUNG, 575-582.
Syahida Nafisah, N. N. (2024). Literatur Review: Penyebab dan Perkembangan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Forum Kesehatan : Media Publikasi Kesehatan Ilmiah, 27-36.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H