Telah cukup lama rasanya, perjalanan kaum ikhwan mistis dalam mengarungi luasnya samudera kehidupan. Mereka telah banyak merasakan manis, pahit, dan asamnya kehidupan yang rupanya tidak mudah untuk dijalani. Sudah hampir bertahun-tahun mereka hidup dan bergumul bersama, membicarakan hal-hal yang penting dan tentu saja juga hal yang sebagian orang tidak terpikir untuk membicarakan. Dapat dikatakan juga bahwa mereka selama ini telah menjalani kehidupan yang tidak seperti mahasiswa lainnya lakukan, berbagai hal absurd baik dalam urusan perkuliahan, pertemanan, dan pastinya tentang percintaan telah mereka rasakan suka dukanya.
Namun demikian, dari apa yang telah mereka jalani, betul kata seorang bijak bahwa seabsurdnya kehidupan titik jenuh akan selalu hinggap dalam benak setiap orang. Itulah yang kini mereka alami, terlebih ketika urusan percintaan masih tak menemui titik terang, kejenuhan dan kebosanan semakin merasuk ke dalam jiwa mereka. Hari-hari terasa begitu hampa, seperti terdapat ruang kosong dalam hatinya. Apakah itu kekosongan dalam arti ketiadaan pasangan? Rasanya kali ini merasakan sesuatu kekosongan yang lain.
Singkat cerita, di masjid kampus beberapa anggota Ikhwan Mistis melakukan aktivitas seperti biasanya, menenangkan diri seusai kuliah, serta memantau pergerakan akhwat yang mungkin saja bisa menjadi pelabuhan cintanya kelak. Di sana ada Bale, Izal, Ical, dan Dede serta Wahyu yang duduk bersender lesu. Dede memulai pembicaraan
"Lu semua ngerasa jenuh nggak sih, kuliah, nugas, diskusi terus!"
Sejenak belum ada satu orang pun yang menanggapi Dede
"Iya sih, apalagi belum ada juga akhwat yang nyantol" Izal mengiyakan
"Terus harus gimana lagi nih supaya lebih berwarna nih" Tanya Dede
"Apa ya, rasanya udah semua kita garap deh di kampus, urusan pergerakan, kuliahan, ah rasanya udah semuanya"
"Atau kampusnya mungkin yang perlu berbenah nih, seharusnya kan harus menyesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa" Jawab Bale sambil terkekeh
"Nah itu, mungkin kampusnya yang perlu beradaptasi"