Diskurus soal perkembangan zaman selalu menjadi topik yang seru untuk diperbincangkan. Hal ini banyak berkaitan bukan saja dengan kemajuan teknologi semata, namun lebih jauh berdampak besar kepada manusia itu sendiri. Sebagai seorang individu manusia telah banyak berubah mengikuti arus modernisasi dan tren globalisasi.
Banyak atas kejadian tersebut memberi dampak signifikan terhadap pola perilaku dan aspek psikologi manusia. Misalnya dengan perkembangan gawai, salah satu hal kentara sebagai efek dari kehadirannya adalah perubahan perilaku manusia yang cenderung menjadi individualis. Percaya atau tidak gawai dengan segala keajaibannya mempengaruhi pola interaksi diantara manusia secara langsung menjadi terbatas.
Contoh konkret bisa dilihat lewat perkembangan permainan online, sedikit banyak kehadirannya dirasa membuat interaksi orang-orang menjadi lebih minim, terutama secara nyata. Lalu contoh lain, meskipun aplikasi sosial media yang katanya memudahkan interaksi tiap manusia berkembang sedemikian cepat, luas, dan dilengkapi dengan segala fitur menunjang, buktinya malah tak jarang memperlambat proses sosialisasi di antara manusia itu sendiri.
Ruang-ruang yang dulunya bersifat publik tak sedikit yang kini menjadi ranah privat dan tertutup. Saya merasakan sendiri ketika berkumpul bersama teman-teman di banyak acara, alih-alih mengobrol dan bercanda ini itu yang terjadi malah sibuk dengan gawainya masing-masing. Tak salah memang jika ada yang bilang bahwa gawai itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Lalu apa kaitan demam gawai ini dengan pola? Ya, perkembangan gawai ini dengan beragam fiturnya tentu memberikan banyak kemudahan bagi setiap penggunanya dalam melakukan interaksi khususnya dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, disini pihak pengembang berinisiasi agar keamanan data penggunannya dalam aktifitas sosialnya dapat terjaga secara maksimal, sehingga dengan begitu mereka menyiapkan langkah keamanan berupa misalnya bentuk pola untuk menjaga kerahasiaan penggunanya.
Adanya fitur pola ini banyak dimanfaatkan para pengguna gawai demi privasi mereka. Saya banyak sekali menemukan bahwa hampir seluruh teman saya gawainya pasti menggunakan pola, baik dalam bentuk angka, garis, maupun deteksi wajah. Ya, semata-mata untuk menjaga privasi mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Satu hal yang menarik disini adalah bahwa penggunaan pola mencirikan jiwa privasi dalam diri manusia mulai menjadi sebuah keharusan. Memang tidak salah jika hal tersebut digunakan atas dasar keamanan. Tetapi dalam beberapa hal saya menemukan penggunaan pola ini sebagai dalih untuk menutupi sebuah tindakan yang sedikitnya dapat memicu malapetaka.
Kisah ini cukup unik dan tak saya sangka sebelumnya. Pada hari ketika saya mengunjungi perpustakaan daerah, tepat di hari itu saya merasakan lapar yang berlebih sehingga saya perlu untuk mencari makanan untuk mengganjal rasa lapar. Tak jauh dari sana, ada seorang penjual makanan, sebab tidak ada lagi penjual lain maka saya makan di tempat itu.
Singkat cerita, ketika saya makan si penjual memulai percakapan "Mahasiswa sudah jarang baca ya mas". Kemudian setelah itu saya terlibat dalam percakapan yang cukup panjang bahkan mendalam sampai kepada permasalahan rumah tangga si penjual makanan itu. Saya heran saja, mengapa si penjual ini bisa begitu terbuka kepada saya, dan malah terkesan curhat kepada saya.
"Saya tidak suka mas ketika tau gawai istri saya sekarang berpola" Katanya.
"Memang kenapa pak?" Tanya saya heran.