Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerenggangan

31 Desember 2019   18:35 Diperbarui: 31 Desember 2019   18:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/dawnfu

Bentangan alam jadi pembatas antara akal dan rasa. Menjadi tembok penghadang antara cita dan realita. Berikan makna akan ketidakmampuan, keterbatasan. Gadaikan angan untuk meneguk sedikit ketenangan, sita kemauan untuk mencicip kebahagiaan.

Bentangan ciptakan ruang kosong yang menimbulkan jarak. Bentangan hadirkan jurang pemisah yang menimbulkan renjana. Sedikitnya ia menghambat akselerasi, hambat penetrasi. Mencegah setitik hasrat guna memperbaiki realita, merevitalisasi esensi diri.

Hadirnya jarak buat suatu siratan makna akan sebuah kelaraan. Lara karena angan tak dapat jadi kenyataan, lara karena tujuan tak kunjung kesampaian. Gundah jadi rekan temani kesendirian. Terpenjara oleh jarak timbulkan ketidakaruan multidimensi. Agak menggerayangi pikir, cukup menyita pandang dan perhatian.

Sekurang-kurangnya kepiluan menetap sejenak di dalam benak. Hinggap sekejap dalam harap. Harapan agar jarak tak datang lebih sering dari kesukariaan, harapan agar jarak enggan datang untuk bertamu. Semoga jarak menjadi jemu karena tak dijamu, semoga ia lekas hengkang karena tak dikekang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun