Adakalanya sebuah perjalanan singkat bahkan terkesan biasa saja mampu menghadirkan sebuah pesan mendalam yang menggugah. Kisah ketika mata melihat sebuah fenomena ironi, kisah tentang kronik dan pergumulan yang kadang tak terasa sebagai suatu masalah.
Hal itu bermula pada momen yang tak disengaja. Saya masih ingat, tatkala bercengkrama dengan suasana kota, keadaan riuh rendahnya cukup memekakan telinga.Â
Bunyi klakson saling bersahutan, mereka dibunyikan karena rupa-rupa alasan, keperluan kecepatan, keperluan pekerjaan, dan mungkin ada rasa ketidaksabaran.
Belum lagi desak-desakan diantara para pejalan kaki menjadi hal lumrah di kesaharian perkotaan. Apalagi di destinasi wisata dan pusat perbelanjaan. Orang-orang berseliweran kesana kemari untuk memuaskan hasrat diri. Tua muda berjalan bersama menenteng belanjaannya, bergembira karena sudah terpenuhi hajatnya.
Aku paham, pada satu kala, ya, mungkin akibat lelah mencari dan berkelana memuaskan diri, orang-orang perlu juga memperoleh ganti atas energi yang dikeluarkan.Â
Tak heran, di kota, industri makanan menjamur di setiap sudutnya. Dan, ditengah kotanya sudah bisa ditebak, mereka saling mengadu kualitas makanannya.
Nampaknya banyak yang tertarik pula atas keberadaannya. Di sisi ia berfungsi sebagai pemuas rasa lapar, ia juga berfungsi sebagai penyeimbang gaya kehidupan.Â
Ya, mereka bermetamorfosa bukan lagi sebagai penyedia makanan semata. Segala yang ada di dalamnya menyesuaikan pangsa pasar dan tren di kalangan setiap lapisan masyarakat.
Analisis pasar dan budaya yang telah mereka lakukan rupanya telah mencapai keberhasilan. Ini dapat kiranya dibuktikan dengan pergesaran kebiasaan dan minat masyarakat soal makanan. Ini memang hanya sebuah asumsi tanpa dasar ilmiah, tapi lebih dari itu saya juga mempercayai bahwa dasar nuraniah pun tidak bisa dianggap sepele.
Apa yang terjadi? Orang-orang kini suka dengan produk yang mereka tawarkan, lewat foto makanan yang menggiurkan, lewat tempat dan pelayanan yang berdesain indah dan higienis, lewat iming-iming promo yang menguntungkan, lewat segudang inovasi yang memanjakan lidah dan memuaskan hasrat diri.
Lalu apa? Ya orang-orang tertarik, menjadi ketagihan dan membuat itu sebagai kebutuhan serta gaya hidup. Maka tak heran, jika mereka meluaskan ekspansi pasarnya ke segala wilayah. Dari sinilah kemudian kisah ironi itu ada dan cukup mengkhawatirkan.