Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kepandiran

10 Oktober 2019   19:46 Diperbarui: 10 Oktober 2019   19:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/12019

Kekecewaan sertai kegagalan yang datang menghampiri dalam kelamnya malam. Menemani kesendirian dengan kesedihan. Daya upaya terkuras untuk menggapai sebuah angan utopis. Berharap harap pada sebuah hal yang sukar digenggam. Sampai, keputusasaan akan target pencapaian menjadi bualan yang tak terelakan.

Salah. Derap langkah terarah ke jalan penuh darah. Mempertemukan pada fenomena sarat penyesalan. Peluh menetes tanda kegetiran, darah terkesiap bukti keresahan. Ihwal salah, memang sesal ujungnya. Menghakimi diri sebegitu keji. Menyalahkan kealpaan pemikiran.

Batin mengerang dalam kesunyian, kesal berkecamuk, berkelindan atas kebebalan. Mengapa, mengapa tak ada kuasa tuk menghindar? Membiarkannya meleset. Garis takdir jadi musuh abadi penghalang kehendak. Membatasi penghasilan terhadap angan.

Keberadaannya membuat jalan oleng dan bias. Membawa jatidiri ke pusaran kehinaan yang tak diinginkan. Menjadikan bodoh, gugup. Memaksa, menarik tanpa basa-basi, ia menjerumuskan pada kenyataan hidup memilukan. Disertai gemuruh, dikawani topan.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun