Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebut Saja Namanya "Bangsat"

22 September 2019   18:39 Diperbarui: 22 September 2019   19:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Sajinka2

Media telah beberapa kali diviralkan dengan tagar ganti presiden lah, ganti kebijakan lah, ganti baju, ganti celana, ganti pacar dan ganti--ganti lainnya. Tapi saya disini tidak ikut ambil pusing sih dengan viralnya tagar--tagar diatas, apalagi soal ganti pacar, mau ganti gimana, wong punya pacar aja nggak. Syedih deh. Duhai jodoh!

Ah cukup, jangan pedulikan kejombloan saya ini. Daripada ribut soal tagar ganti presiden atau ganti pacar, saya disini akan menggembar gemborkan hal lain yang menurut saya tidak juga kalah penting, yaity #2019GantiSebutan. Wih sebutan apa nih mas? Sebutan dari joker menjadi joah yah, jomblo ditinggal nikah ? Dengan jelas, tegas dan penuh rasa ikhlas saya katakan, bukan woy!

Kembali ke laptop, lalu ganti sebutan apa dong? Entah penting atau tidak, entah perlu atau tidak, saya ingin mengganti sebutan tersangka kasus korupsi yang mulanya disebut koruptor menjadi bangsat. Yah sebut saja namanya bangsat.

Terkesan kasar memang, namun bagi saya pribadi sebutan koruptor itu terlalu elit bahkan terlalu mulia. Bagaimana tidak, seolah--olah sebutan koruptor hanya pantas disandang oleh mereka yang berlatar belakang politisi atau birokrat pemerintahan. Padahal kan tidak selalu.

Apa bedanya coba koruptor dengan bangsat ayam? toh keduanya sama--sama mencuri, sama--sama mengambil hak orang lain kan. Tidak ada diskriminasi status sosial dalam tindak pencurian, mau itu dilakukan oleh orang--orang berdasi atau orang yang menggunakan baju compang camping, tetap sama saja, keduanya bangsat.

Dengan menggunakan kata bangsat, saya rasa sih kesannya lebih dalam, kaya ada unsur emosi--emosinya gituh. "Dasar koruptor, teganya kau mencuri uang rakyat!" Ini sih saya rasa terlalu lunak, kurang tegas dan kurang meaningfull kalau dalam istilahnya Ausubel. "Dasar bangsat, tega sekali kau mencuri uang rakyat!" nah ini baru singkat, pada, dan nyelekit. Apalagi kalau pas kalimat "dasar bangsat" dalam artikulasinya diberikan penekanan berlebih, jangankan saya, presiden sekalipun merinding dengernya.

Bukan tanpa alasan saya ingin sagawaya mengganti sebutan ini. Dengan menggunakan kata "bangsat", saya kira ini lebih mewakili kekecewaan, kemurkaan, dan kekesalan pada pelaku korupsi.

Penggunaan kata "bangsat" ini pula bukan dimaksudkan untuk menghardik atau mencela. Jadi please dengarkan penjelasanku dulu beb. Namun sebutan ini semata--mata untuk memberikan makna yang jelas dan tegas kepada siapa saja, bahwa perilaku korupsi adalah tindakan super duper biadab dan hina.

Kita lihat saja kasus korupsi E-KTP yang melibatkan papa kita tercintah. Ya, papa kita yang nabrak tiang listrik itu loh! Ia melipat uang rakyat kurang lebih 2,4 triliun beb. Namun saya agak kecewa, yah kecewa saja media massa menyebutnya dengan sebutan koruptor, dan dengan sebutan itu pula papa kok nampaknya malah terlihat bangga dan tampak watados (wajah tanpa dosa).

Sebutannya kurang greget sih jadi susah didengar papa, coba saja kalau media mengganti diksinya menjadi "bangsat", tentu berkat kejelasan dari segi makna katanya, kuping dan hati papa akan terketuk bahkan terdobrak untuk menyadari dan mau juga mengakui kesalahannya.

Ibarat mau menyatakan cinta kepada doi, tapi kata yang kita gunakan buat nembak nggak tegas dan jelas, kira--kira doi akan peka tidak? Kalaupun peka, tapi butuh waktu berapa lama coba? Emangnya mau digantungin tanpa kepastian? Nah ini pula kasus yang terjadi dalam sebutan "koruptor", maknanya jadi bias dan lemah, makanya jangan heran kalau banyak pelaku korupsi yang adem ayem disebut koruptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun