Anggun mempesona. Bukan sekedar kerupawanan yang tampak lalu hilang begitu saja dalam satu dua tatapan. Lebih jauh, lebih mendalam. Ia mengakar, mengikuti bentang jalur urat syaraf, jalur aliran darah. Tersambungkannya pada otak, tersampaikannya pada hati, jantung dan bahkan ruh, pusat kehidupan.
Hadirnya beri spirit sarat makna. Adanya sumbang motivasi sarat cerita. Menstimulus degup jantung untuk berdetak lebih cepat dari biasanya. Darah terksiap manakala mata bersua parasnya. Ciptaan sang mahakuasa, setingkat di atas sempurna.
Jemu seolah tak terdapat pada jiwanya. Gembira suka cita yang nyatanya jadi fakta. Kusam, muram amat jauh dari jatidirinya. Terang dan elok yang justru nampak dari pandangan. Hati terpatri pada garis senyum pantas dalam roman air wajahnya.
Kesejatian terpampang jelas. Gambaran akan sebuah prototipe kesempurnaan penciptaan seolah menemukan kebenarannya. Ya, itu semua terakumulasi, terakomodasi olehnya. Akal budi paripurna, serta rupa merona dan adiwarna terintegrasi secara utuh, padu, setimbang.
Tak kurang, tak juga berlebihan, semua terjalin, terjadi dengan penuh kesesuaian, dengan kepantasan. Takarannya pas. Serasi antara akal dan moral. Sebabat juga antara moralnya dengan amal. Dan lagi, selaras jiwa raga. Tepat dikata idaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H