Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis, Persatuan dalam Perseteruan

28 Januari 2019   11:40 Diperbarui: 28 Januari 2019   11:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com/Sasint

Ical terlihat lebih murung dari biasanya. Sejak pagi tidak tampak roman senyum menyeringai dari wajahnya. Badannya lesu, mukanya lusuh. Seperti ditimpa cobaan hidup yang begitu berat. Bertegur sapa dengan sesama ikhwan mistis pun tidak. Saat makan siang menjelang, Ical hanya melengos pergi tanpa permisi, menuju parkiran, menyalakan mesin, dan secepat kilat memacu motornya meninggalkan kampus.

Pikiran aneh mulai menggerayangi Wahyu, ia tidak habis pikir dengan kelakuan temannya itu. "Sakit kali Yu" Ujar Dede. Selintas pikiran itu memang ada pada benak Wahyu. Namun anehnya kemarin dia terlihat baik - baik saja, tidak ada gejala akan sakit atau sebagainya. Pikir Wahyu. "Halah paling urusan cinta lagi si Ical mah" Bursh yang sedang makan pun ikut menimpali.

 Urusan cinta memang kadang tidak masuk akal. Badan yang asalnya sehat bisa mendadak sakit tak karuan kalau virus cinta sudah menjalar. Bahkan di banyak film diceritakan orang - orang sampai bisa gila dan bunuh diri gara-gara cinta. Malahan tak sedikit diceritakan kalau sakitnya hanya bisa sembuh oleh cinta lagi. Ya, cinta harus dibalas cinta singkatnya.

Atas dasar itu Wahyu mulai menemukan benang merah dengan apa yang terjadi dengan Ical. Mengingat pula kedudukan Ical sebagai ikhwan mistis proletar jelas menambah keyakinan Wahyu akan kemungkinan buruk yang diduganya. Bisa jadi Ical sedang patah hati. Lagi!. Sebagai ikhwan proletar, begitulah jamak dipanggil, mereka merupakan sosok manusia yang paling banyak menderita soal cinta. Mulai dikhianati, diabaikan, dan korban terbanyak dari aksi tikung menikung akhwat.

Apalagi di tengah pecah kongsinya ikhwan mistis kedalam dua kubu makin memberi isyarat bahwa mungkin kondisi Ical ini ada hubungannya dengan ikhwan mistis lain, khususnya dari sisi borjuis. Memang setelah ikhwan mistis pecah, persaingan dalam menggaet akhwat makin tidak sehat. Para borjuis semakin rakus dengan menarik siapa saja secara membabi buta. Bahkan yang sedang diintai oleh para proletar sekalipun.

Lagi - lagi Wahyu seolah menemukan benang merah selanjutnya dari keadaan ini. Bisa saja Ical memang ditikung. Lagi!. Karena kalau memang sakit atau kehabisan duit, Ical tidak akan sampai enggan menyapa siapa pun, dan menunjukkan wajah lusuh sebegitunya. Dede dan Wahyu sudah paham, kalau sudah seperti itu Ical memang sedang kena Overtake.

Dede kemudian duduk mendekati Wahyu "Ada musuh dalam sarung Yu". Nampaknya perang dingin di tubuh ikhwan mistis kian berlanjut. Korbannya lagi - lagi dari pihak ikhwan proletar. "Ical kalao ditanya pasti nggak akan ngaku, yah kita simpulkan dulu aja begitu, kita harus buru - buru bikin sikap, ini udah nggak bener" Imbuh Wahyu. Diam cukup lama, beberapa saat sambil menyeruput kopi "Ya sudah bikin memorandum" Tegas Dede.

Usulan memorandum memang sudah tepikir sejak jauh - jauh hari, namun melihat konteks saat ini yang makin tidak karuan, dan tentu tidak tega melihat kondisi ikhwan proletar yang banyak menjadi korban, pembuatan memorandum memang sudah harus segara dilaksanakan. "Stabilitas kampus nomer satu Yu" Sambar Dede.

Keesokan harinya, Dede, Ical, dan Wahyu selaku pengayom utama kaum proletar berembuk di sudut kampus membahas usulan dari Dede. Pergulatan pemikiran cukup lama berlangsung, hingga akhirnya disepakati poin - poin memorandum yang akan ditujukan kepada ikhwan borjuis untuk disepakati. Poin pentingnya seperti ini.

  • Ikhwan mistis proletar dan borjuis membagi wilayah teritori pegerakan.
  • Sesama ikhwan mistis hanya diperbolehkan memiliki satu incaran yang berbeda dalam satu kali periode perburuan.
  • Sesama ikhwan mistis dilarang saling menjatuhkan baik secara maya maupun nyata dalam bentuk apapun kepada para intaian.
  • Jika poin diatas dilanggar maka, hukuman akan dimusyawarahkan pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan.

Keceriaan mulai tumbuh dari para ikhwan proletar dengan selesainya rancangan memorandum yang mereka susun. Sore nanti, Wahyu telah menyepakti untuk bertemu dengan perwakilan dari ikhwan borjuis untuk membahas dan menyepakati draf memorandum  yang mereka susun.

Tepat jam empat sore, kedua belah pihak telah berkumpul di selasar masjid untuk membahas memorandum yang diajukan oleh ikhwan proletar. Draf tersebut langsung dibawa oleh Wahyu, Ical, dan Dede dari kubu proletar, dan Bursh, Bale, Roy, Ivan, dan Egi dari kubu borjuis. Tak ketinggalan para ikhwan dari non blok atau kaum abu-abu, dan belakangan sering disebut The Grey Man, turut serta hadir seperti Dul, Izal, Babe, Kiki dan Setia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun