Mohon tunggu...
Rahman Prasetyo
Rahman Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Anak Tunggal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegiatan Belajar Mengajar Berlangsung Tatap Muka

25 Oktober 2022   17:20 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:40 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah kita ketahui bahwa pada tahun 2020 dunia di gemparkan oleh fenomena wabah Covid 19, sebuah virus yang menyebabkan dampak sangat besar bagi dunia, kasus Corona pertama diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020. Awal Corona masuk Indonesia dimulai saat Presiden Jokowi mengumumkan dua pasien Corona. Sontak, pengumuman ini langsung menghebohkan publik.

Sejak saat itu semua aktivitas dirumahkan, baik pekerjaan maupun proses belajar mengajar. Aktivitas pendidikan tidak bisa dihentikan, tapi harus dimodifikasi agar ilmu dan nilai-nilai pendidikan tetap berjalan tanpa melibatkan kontak-kontak fisik atau pertemuan-pertemuan face to face. Belajar dari rumah menjadi satu-satunya opsi. 

Menurut catatan UNESCO per 12 Maret 2020, baru ada 29 negara menerapkan kebijakan meliburkan sekolah secara virtual dan menerapkan pembelajaran jarak jauh (online). Tapi hanya berselang 6 hari, yakni 18 maret 2020, angka itu melambung tinggi menjadi 112 negara. Indonesia termasuk negara yang telah menempuh kebijakan tersebut, Bagi kebanyakan anak didik dan pendidik, belajar secara daring (online) tentu saja masih baru dan canggung. 

Pemanfaatkan teknologi komunikasi seperti penggunaan HP, melakukan komunikasi edukasi melalui video call, tentu saja membuat mereka sedikit banyaknya menjadi gagap mengingat selama ini yang mereka kenal adalah pendidikan dengan kontak langsung di ruang-ruang kelas. Namun bagi pemerintah, tak ada pilihan lain selain terpaksa harus memanfaatkan semua hal yang memungkinkan untuk belajar di rumah. 

Akhirnya Pada tanggal 30 Maret 2021, Pemerintah mengumumkan bahwa institusi pendidikan dan sekolah bisa melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran baru, yang dimulai Juli 2021. Lalu pada tahun 2022 pemerintah mengizinkan sekolah dan universitas untuk full tatap muka. 

Perpindahan dari online ke offline tentu nya tidak mudah bagi beberapa siswa, dikarenakan ada penyesuaikan kembali dari yang terbiasa beraktivitas dirumah harus kembali beraktivitas keluar rumah. Dibalik semua itu ada nilai positif disaat pembelajaan tatap muka dimulai kembali, salah satunya seluruh siswa/mahasiswa dapat mengakses materi belajar yang sama tanpa terkendala. siswa/mahasiswa dapat lebih cepat memahami materi yang di sampaikan. Beban orang tua bisa sedikit berkurang akibat penggunaan kuota internet yang cukup besar lantaran belajar daring. 

Berikut ada pendapat salah satu mahasiswa mengenai pertama kali kuliah tatap muka, "yang saya rasakan ketika pertama kali kuliah tatap muka yaitu butuh banyak penyesuaian lagi sih, karena udah 2 tahun juga pembelajaran dilaksanakan secara online, terus udah mulai nyaman juga kuliah online sih."

Mahasiswa Unikom
Mahasiswa Unikom

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun