Prestasi Arsenal menduduki posisi 2 klasemen akhir Liga Inggris 2015-2016, cukup memuaskan. Ini adalah progres yang cukup baik, mengingat pada musim 2014-2015, tim yang berjuluk The Gunners ini finish di posisi ke-3, sedangkan pada musim 2013-2014 Arsenal hanya bisa menduduki posisi 4 klasemen akhir, dibawah Manchester City, Liverpool, dan Chelsea.
Namun ini bukanlah prestasi yang cukup menggembirakan. Apalagi dengan memperhatikan belum stabilnya klub-klub utama seperti Chelsea, Manchester City, Liverpool, dan Juga Manchester United yang disebabkan oleh pergantian manajer dan juga menurunnya performa tim karena satu dan lain hal. Perombakan strategi, pasukan, dan juga staff kepelatihan tentu saja membutuhkan waktu transisi agar bisa menuju bentuk terbaiknya. Tentu saja, sebagai pelatih dengan masa pengabdian terlama saat ini yang masih aktif di Liga Inggris, Arsene Wenger sadar akan ancaman-ancaman tersebut kian nyata pada musim 2016-2017 nanti.
Prestasi Arsene Wenger sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Tiba di Arsenal dari Nagoya Grampus sebagai manajer menggantikan “Pelaksana Tugas” Pat Rice pada tahun 1996, Wenger sempat diragukan oleh pengamat dan fans sebagai pelatih yang dapat menjadikan Arsenal tim hebat. Hal itu berdasarkan asal-usul, bentuk fisik, bahkan Bahasa Inggrisnya. Bahkan skeptisme terlontar dari seorang pemain Arsenal sendiri seperti Tony Adams. Namun bersama Pat Rice yng menjadi asistennya, Arsene membuktikan kepada semua orang.
3 Piala Liga Inggris (1997-1998, 2001-2002, dan 2003-2004) 6 Piala FA Cup (1997-1998, 2001-2002, 2002-2003, 2004-2005, 2013-2014, dan 2014-2015) dan juga 6 plat Community Shield (1998, 1999, 2002, 2004, 2014, 2015) telah menambah koleksi Trophy bagi tim yang bermarkas di London Utara ini.
Prestasi lain yang patut diapresiasi adalah mempromosikan pemain-pemain muda berbakat menjadi pemain bintang yang sukses di kancah dunia. Tony Adams, Ray Parlour, Ashley Cole, Nicklas Bendtner, Cesc Fabregas, dan sederet nama lain bisa dijadikan bukti dari kesuksesan “The Profesor” di kancah persepakbolaan Inggris, bahkan dunia.
Selain itu, Wenger juga berperan penting dalam perpindahan markas Arsenal dari Stadion Highbury ke Stadion Emirates, dengan menandatangani kesepakatan kontrak selama 5 tahun dengan Bank, untuk memperoleh modal sebesar GBP 350 Juta, agar Stadion baru tersebut dapat dibangun. Diresmikan pada tahun 2006, Emirates menjadi stadion ke-2 terbesar yang dimiliki oleh klub liga Inggris (60.355 kursi) setelah Old Trafford (75. 635).
Namun sejarah hanyalah catatan, yang tidak bisa dibuka setiap hari untuk dikenang atau diperdebatkan. Kini Arsene Wenger telah mendekati akhir masa kontraknya di Arsenal, dan menurut beberapa pengamat, fans, dan juga pemain akan menjadi masa pembuktian terakhir Wenger, sebelum memperpanjang atau meninggalkan Arsenal.
Dengan kompilasi pemain yang tidak berubah banyak musim sebelumnya, ditambah dengan sokongan dana tanpa batas dari para Eksekutif Arsenal untuk meramaikan bursa transfer pra-musim, mungkin bisa memberi dorongan dan motivasi positif bagi Wenger dalam menyiapkan strategi pamungkasnya. Terutama dalam mengisi kurangnya pilihan dengan kualitas yang sama pada barisan depan dan juga pertahanan tim inti. Termasuk inkonsistensi pemain Arsenal yang selalu saja melempem pada paruh musim ke-2 kompetisi liga.
Namun tidak bisa dipungkiri, kehadiran pelatih-pelatih mahsyur seperti Jurgen Klop disudut liverpool, Pep Guardiola di Manchester City, Jose Mourinho di Manchester United, Antonio Conte di Chelsea, dan juga sang juara bertahan Claudio Ranieri dengan Leicester City akan menjadi tantangan berat The Profesor dalam medan pertempuran musim depan.
Kita lihat saja, bagaimana si tua Arsene Wenger ini bisa memaksimalkan potensi dan sumber daya yang dia miliki musim depan. Sebelum kita menentukan opini terakhir, “There’s only one Arsene Wenger” atau “Sorry, Arsene Wenger”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H