Mohon tunggu...
Abdul Rahman Patty
Abdul Rahman Patty Mohon Tunggu... -

Pedagang beras yang punya banyak waktu senggang. Melaporkan langsung dari sudut lapak pasar panjang, Kendari Sulawesi Tenggara, kembali ke studio Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kendari, Pantai, dan Jenuhku

25 Mei 2016   04:54 Diperbarui: 25 Mei 2016   05:02 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lupakan sejenak perdebatan mengenai hukuman kebiri-birian itu. Kita lupakan juga kekalahan Indonesia atas Denmark pada ajang Thomas Cup di Tiongkok. Mengenai penganiayaan suporter Gresik United oleh suporter PS TNI, nanti kita bahas lagi. Mengingat prestasi profesi aparat satu itu, baik dari sejarah yang tercatat maupun cerita khas gaya orde baru, dan isu tentang bangkitnya PKI, saya takut nantinya dituduh yang bukan-bukan. Ampun pak.. ampun.. (Melambai ke kamera).

Saya ingin mengajak kalian berpelesir ke daerahku. Dimana udara masih terasa begitu segar. Jauh dari pencemaran udara yang diakibatkan oleh pabrik, kendaraan, maupun isu-isu tidak jelas itu.

Kendari tergolong kota yang berkembang. Untuk itu, rasa terimakasih sebagai warga tidak lupa saya ucapkan kepada bapak Walikota yang tercinta, Bapak Asrun yang dengan jasa-jasanya lah, saya bisa menulis dengan bangga mengenai kota kelahiran saya, Kendari, Sulawesi Tenggara. 

Ini wujud apresiasi. Bukan dukungan politik. Kalau soal pesta demokrasi pilgub nanti, atas nama hak usara yang luber jurdil, biar saya dan paku coblosan yang tahu.

Jika berjalan ke Kendari, tidak sempurna rasanya bila tidak menikmati suasana pantai yang tersaji di setiap penjuru mata angin kota. 

Batu gong di sebelah utara, Nambo terhampar di barat, toronipa dibagian selatan. Dan pelabuhan torobulu jika kau menghadap timur. Inilah kekayaan alam kendari dari sektor pariwisata, pantai yang keindahannya tidak kalah dengan yang biasa kalian nikmati di Bali sana.

Kekurangan pantai kami hanyalah dari segi promosi. Beruntung, pada zaman teknologi ini informasi dapat menyebar luas, seperti video Ariel-Luna yang mempelopori 3gp beberapa waktu lalu. Ditangan anak-anak kreatif Kendari, perkembangan zaman itu dapat dimanfaatkan secara lebih positif untuk memperkenalkan daerahnya kepada masyarakat luar. Yang pada akhirnya, bukan cuma Kendari, bahkan Wakatobi dan yang terbaru saat ini, Labengki pulau cinta. Mungkin judul terakhir terlalu ke-FTVan, tapi dari segi bentuk, itulah harfiahnya. 

Namun sayang, seiring berkembangnya minat wisatawan dan lambatnya respon manajemen profesional dari pihak pemerintah setempat, gugusan-gusan pulau yang indah itu telah diklaim lebih dulu oleh pihak swasta. Mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi melimpah, yang semestinya masuk ke kas PAD daerah.

Namun biarlah hal itu menjadi urusan birokrasi pak Asrun dan kawan-kawan. "Amanlah.." 

Mari kita lupakan semua, sambil menikmati gulungan ombak yang menabrak pasir putih pantai milik kita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun