Mohon tunggu...
Rahman Patiwi
Rahman Patiwi Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Trainer, Speaker (WTS) I Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan I Fouder KOMUNITAS PARENTING COACH I Penulis Buku METAMORFOSA; Change Your Life, Touch Your Dream (Mizan) I MOTTO: Jangan jadi orang INSTANT yang suka enaknya saja. Jadilah orang INTAN yang sukses karena proses. \r\nJangan lupa berkunjung kembali disetiap kesempatan yang mungkin, karena kami akan selalu meng-update hot artikel dengan spesifikasi khusus dibidang PARENTING dan PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Salam METAMORFOSA...! I \r\n www.RahmanPatiwi.Com, Mari Bergabung di Komunitas Parenting Coach I \r\n 0823-4415-1480. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Pembunuh Kecerdasan

25 Februari 2015   17:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424835502621966713

[caption id="attachment_352910" align="aligncenter" width="531" caption="Sumber: Ilustrasi I http://www.mediabicara.com"][/caption]

Menyimakjudul tulisandiatas, nampaknya mungkin sedikit bersifat propokatifdan membuat kita mengernyitkan dahi.Namun sabar dulu, jangan keburu terpancing, apalagi langsung “turun gunung” . Sebab bukan hanya anda yang “sesak dada” sayapun pada awalnya demikian. Bahkan lebih parah lagi, hampir “opname,” He..he..he..Namun Ada baiknya kita cermati dulu dengan lebih holistic, jangan-jangan mungkin memang ada benarnya.

Ketikamembaca salah satubuku berjudul“Sekolahnya Anak-Anak Juara,” karya Munif Chatib, sontak saja retina bola mata saya terpaku pada salah satu judul yang ada didalamnya . “Sekolah Pembunuh Kecerdasan” Demikian judul menohok itu. Munif Chatib yang dikenal sebagai Gurunya Manusia, Pakar multiple Intelligence, yang pernah mendapat bimbingan langsung dari Prof Dr. Howard Gardner, maupunBobbi DePotter melalui Supercamp di California, Amerika Serikat.

Ia menyatakan itu tentunya bukan tanpa alasan. Melihat pada umunya sekolah yang ada dewasa ini cenderung hanya menyaring yang cerdas-cerdas secara IQ semata, lalu memprosesnya dengan mesin pencetak batu-bata. Sama besar, sama warna, sama ukuran, sama output. Alhasil ketika selesai dan menyandang gelar, yang terjadijusteru awal kegamangan yang mendera. Sebagian besar mereka lulus, namun tanpa mengenali identitas keunggulannya. Bahkan ironisnya, yang ada malah terpangkas.

Bahkan Beliau pun memberikan tips mudah yang dahsyat,jika kita ingin melakukan percepatan dalam memangkas kecerdasan anak. Cukup lakukan 6 dari 10 jurus ampuh ini. Berikut saya kutip dari bukunya, “Sekolahnya Anak-Anak Juara”:

1.Jangan pernah meyakini: Semua anak terlahir sebagai juara dan cerdas karena adanya multiple Intelligence.

2.Yakinkan pikiran anda, bahwa Indikator kecerdasan adalah IQ yang dapat diukur dalam satuan angka semata.

3.Sekali lagi, yakinkan diri anda bahwa kelemahan setiap murid harus ditemukan laluberondonglah dengan berbagai les.

4.Lakukan cara ini: Agar murid anda cepat pintar berikanlah tugas setiap hari, dan tambahkan dengan les secara ketat.

5.Berpegang teguhlah pada perinsip ini: Anak-anak pintar adalah mereka yang unggul dalam pelajaran Matematika, IPA, dan berbagai pengetahuan KOGNITIF lainnya.

6.Pertahankanlah prinsip mengajar anda bahwa: Hanya anak-anak yang juara kelas disebut pintar, diluar itu adalah anak-anak bodoh.

Bagaimana menurut anda tentang poin tersebut diatas, dalam impeknya di masa kini? Hmmm… sungguh tidak berlebihan jika dikatakan spektrumnya begitu pekat. Seleksi masuk di sekolah yang ngaku diri sebagai sekolah favorit, ketatnya bukan kepalang. Padahal sekolah di mata Prof Dr. Howard Gardner dari Harvard University adalah: Bukan seberapa cerdas murid anda, tapi bagaimana murid anda menjadi cerdas.

Seolah Howard Gardner ingin berkata, “Hai bro.., jangan Cuma bisa milih yang pintar-pintar aja dong. Lha, sekolahmu kan punya guru. Fungsi utama guru itu harus mampu menjadi agen of change yang mampu melakukan discovering ability. Membantu menemukan potensi terbaik anak lalu mengorbitkannya kepermukaan. So, mari kita memandang bahwa setiap anak itu cerdas.Meski mereka memiliki kecerdasan pada lintasan yang berbeda-beda.

Mereka adalah Masterpiece Tuhan. Mereka pasti telah diberi keunggulan serangkaian adanya penetapan untuk menjalankan misi tunggal setiap anak dari Tuhannya, hingga terlahir ke dunia. Sebagai guru, itulah tantangan utama kita. Siapakah guru itu? Yap, anda benar. Yang pertama adalah Orang tua selaku pendidik di rumah. Kedua, guru selaku pendidik di sekolah. Sudahkah kita berbuat yang terbaik untuk mereka? Atau jangan-jangan tanpa sadar, kita juga punya andil besar sebagai “Pembunuh” Kecerdasan anak. Mari kita renungkan tanpa harus menyalahkan…!

Salam Metamorfosa..

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting-Pendidikan

Related Posts:

Mengintervensi DNA Kehidupan Anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun