[caption id="attachment_352339" align="aligncenter" width="672" caption="Sumber Gambar I Ilustrasi I http://genetikamodern.blogspot.com/2012/08/dna.html"][/caption]
Menyoal tentang judul diatas, maka pintu masuk kita tentu bersinggungan dalam domain DNA, khususnya anak sebagai objek kajian. Sebagai analogi, mari kita mulai dulu dengan memahamicara kerja DNA TUBUH,sebelum menyandingkannya dengan cara kerja DNA KEHIDUPAN anak.
Deoxyribo Nucleic Acid, Atau biasa disingkat dengan sebutan DNA dalam nama kimianya, atau GEN dalam nama fungsionalnya. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai “Bala tentara” pengawal.
Ya, Ia yang mengawal garis keturunan setiap mahluk hidup. Sehingga memastikan manusia tetap melahirkan manusia, monyet tetap melahirkan monyet..J, Dll. Termasuk juga perbedaan warnah kulit anak, rambut, mata, dan sebagainya. Itulah yang menjadikan setiap anak serupa tapi sama.
Nah, kalau DNA TUBUH, memastikan seperti apa secara biologis anak akan terlahir (perangkat kerasnya),maka DNA KEHIDUPAN, memastikan seperti apa secara psikologis, masa depan anak kelak akan mewujud, (perangkat lunaknya).
Pertanyaannya kemudian, manakah DNA Kehidupan pada anak yang sangat menentukan itu? Yap, itulah seperangkat DNA Pilihanyang di letakkan Tuhan dengan strategic position dibalik kepala setiap anak. Otak anak, itulah tepatnya!
Kabar baiknya, meski otak terberi secara given (settingan paten) dari Tuhan, Namun Tuhan tetap memberikan kita kesempatan untuk melakukan intervensi garis tangan, ke wilayah seperti apa masa depan anak yang diinginkan. Termasuk seberapa cepat itu mau di wujudkan.
Dengan apa caranya? Hanya dalam satu kata, itensitas TERPAAN, itulah kata kuncinya. Ya, otak yang sudah given tersebut, harus diberikan seperangkat terpaan sebagai sebuah special treatment. Dan terpaan itulah yang dinamakan sebagai “Intervensi DNA Kehidupan Anak.”
Sehingganya pakar genetik, Kazuo Murakami, mengatakan bahwa setiap intervensi yang terlakukan, mencipta perubahan komposisi dalam gen anak, yang bekerja menurut mekanisme Nyala-Padam, menuju perwujudan ke settingan akhirdari sebuah nasib yang di ihtiarkan.
Study kasus misalnya. Adalah Nathania Alvita (Nia) seorang anak asal Surabaya. Ketika lulus SMP, ia sama sekali tak mau lanjut sekolah SMA Lagi, dan ia hanya mau belajar tari musik. Keputusannya untuk tidak sekolah lagi, Sontak membuat geger orang tuanya, sekaligus keluarga besarnya. Maklum, mereka memang berasal dari keluarga besar dan berada, sekaligus terpandang.
Beruntung orang tuanya bertemu dengan seorang Pemerhati Pendidikan. Ia di sarankan untuk lebih memahami anak, dan mendukungnya secara full power. “Siapa tahu itu adalah bakat terbaiknya yang diberikan Tuhan untuknya, dengan catatan, kursuskan Nia, pada Musik-Tari terbaik yang pernah ada” Ungkap sang pemerhati pendidikan.
Berbekal itu, lulus SMP Nia pun langsung “Ngecun.” Terbang ke New York, AS menjemput Impiannya, dengan membidik sekolah Tari, California Institut Of The Art, AS. Disanalah ia terus di cekoki dengan latihan yang padat, berhari-hari, hingga bulan bahkan tahun. Berlatih secara berulang-ulang di bawah gemblengan sang guru. Meski berat, anak tetap enjoy karena memang passion-nya disitu.
Nah, itulah yang saya maksud dengan efek TERPAAN pada Nia, yang terdesain hingga menjadi MODUS (Kebiasaan berpola). Efek TERPAAN atau kata lainnya special treatmentsseperti inilah menurut pakar Gen, Kazuo Murakami diatas yang langsung mampu mengintervensi DNA/Gen anak, yang bekerja melalui sistem nyala-padam, menuju keberhasilan.
Terbukti, Nia yang kemarin banyak di cibirkarena hanya Lulus sekolah formal SMP, namun kini sudah menjadi President Director Of Choreography, di Los Angeles, California pada usia yang masih sangat belia, 19 Tahun, Broo.. JJ
Namun jangan salah, study kasus yang saya angkat ini, bukanlah berarti anak tak perlu sekolah tinggi. Tidak sama sekali. Masalahnya bukalah pada sekolah tinggi atau tidak tingginya. Tetapi petaka terbesarnya, jika kita menyekolahkan anak tinggi-tinggi lalu tidak jelas arah bidikannya. So, Mari kita renungkan….
Salam Metamorfosa…!
Rahman Patiwi
Praktisi Parenting Pendidikan
Related Posts:
Formula Kehidupan: Yang Terlihat Yang Tergapai
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI