Mohon tunggu...
Rahman Patiwi
Rahman Patiwi Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Trainer, Speaker (WTS) I Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan I Fouder KOMUNITAS PARENTING COACH I Penulis Buku METAMORFOSA; Change Your Life, Touch Your Dream (Mizan) I MOTTO: Jangan jadi orang INSTANT yang suka enaknya saja. Jadilah orang INTAN yang sukses karena proses. \r\nJangan lupa berkunjung kembali disetiap kesempatan yang mungkin, karena kami akan selalu meng-update hot artikel dengan spesifikasi khusus dibidang PARENTING dan PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Salam METAMORFOSA...! I \r\n www.RahmanPatiwi.Com, Mari Bergabung di Komunitas Parenting Coach I \r\n 0823-4415-1480. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Malpraktik Pendidikan, Waspadalah! (Part 1)

6 April 2015   11:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Munif Chatib, Seorang praktisi pendidikan, penulis berbagai buku-buku best seller dan pakar multiple Intelligence, bermaksud menghadiri sebuah workshop. Karena sudah terlanjur janjian, maka Ia pun mampir menjeput temannya, yang kebetulan adalah kepala sekolah di satu SMP.

Ketika sampai ditempat temannya iapun dipersialhkan menunggu sejenak di ruang kerjanya yang sangat nyaman. Tak lama kemudian munculah temannya. Mereka sempat terlibat ngobrol singkat, sesaat sebelum beranjak ke tempat workshop.

Sang kepala sekolah tersebut menceritakan betapa antusiasnya para pendaftar siswa baru pada sekolah SMP yang dipimpinnya. Bahkan saking membludaknya pendaftar, sehingga kelas 7 nya saja, langsung ful terbagai kedalam 3 ruangan.

Mendengar kabar gembira itu, Munif penasaran lalu bertanya: “Indikator apa yang kamu pakai dalam menentukan klasifikasi kelas mereka?” Dengan penuh antusias, temannyapun berkata:

§Kelas 7A, berisi siswa-siswi yang pandai

§Kelas 7B, berisi siswa-siwi yang biasa-biasa

§Kelas 7C, Berisi siswa-siswi yang paling lemahkognitifnya

Mendengar jawaban itu, sontak saja Munif terkejut. Dengan nada setengah bercanda iapun berkata, “Sobat, kamu telah melakukan malpraktek pendidikan, dalam bentuk ‘tracking’.”

Ya, Tracking tak lain adalah mengelompokkan sisiwa dalam sebuah sekolah berdasarkan kemampuan kognitifnya. Sehingga dalam satu kelas, ada ruang pintar, setengah pintar, lelet dan paling lelet.

Ironisnya, ini begitu banyak bisa di temui dimana-mana. Bahkan, terlebih-lebih pada mereka yang mengaku sekolah unggulan. Bahkan yang menyedihkan, disuatu kesempatan saya pernah iseng bertanya kepada seorang kepala sekolah. “Pak, bagaimana jika sekiranya ada anak yang bodoh masuk di sekolah bapak?”

Dengan jawaban seolah tanpa empati, sang oknum kepala sekolah ini pun berkata, “Ya, kita kan seleksi, kalau ada anak begitu kami tidak terima, kasihan citra akreditasi sekolah, nanti kan bisa berpengaruh dan menurunkan popularitas.” Oh.. my God.. Saya hanya bisa tersenyum tumpul sambil menggeleng-geleng kepala.

Tracking, memang bisa berdampak negatif secara psikologi, bila di tinjau dari berbagai aspek. Bahkan tidak saja negatif, tapi bahkan TIDAK MANUSIAWI, jika ditilik dari pisau analisis berbasis Multiple Intelligence. Mungkin atas dasar impeknya yang dahsyat itulah sehingga Munif Chatib berani menyebutnya dengan istila Malpraktik Pendidikan.

Sebenarnya, apakah tidak bisa orang melakukan pengelompokan ruangan? Tentu boleh-boleh saja. Tetapi bukan dengan cara men-tracking berdasarkan kemapuan IQ atau kognitifnya. Lalu dengan cara apa? Hmmm, Sabar..! terkait yang satu ini, saya akan jelaskan secara khusus di kesempatan lain.

Terima kasih Moga Manfaat

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun