Mohon tunggu...
Rahman Patiwi
Rahman Patiwi Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Trainer, Speaker (WTS) I Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan I Fouder KOMUNITAS PARENTING COACH I Penulis Buku METAMORFOSA; Change Your Life, Touch Your Dream (Mizan) I MOTTO: Jangan jadi orang INSTANT yang suka enaknya saja. Jadilah orang INTAN yang sukses karena proses. \r\nJangan lupa berkunjung kembali disetiap kesempatan yang mungkin, karena kami akan selalu meng-update hot artikel dengan spesifikasi khusus dibidang PARENTING dan PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Salam METAMORFOSA...! I \r\n www.RahmanPatiwi.Com, Mari Bergabung di Komunitas Parenting Coach I \r\n 0823-4415-1480. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lelaki Tangguh di Tengah Badai

26 Februari 2015   22:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14249394311365749057

[caption id="attachment_353077" align="aligncenter" width="405" caption="Sumber Gambar: Douglas MacArthur, Yang Garang Yang Penyayang I http://www.biography.com"][/caption]

Douglas Mac Arthur, begitu nama lengkapnya. Ia adalah seorang Jendral fenomenal dari Amerika Serikat, yang sangat disegani baik oleh lawan maupun kawan. Terlahir dariLittle Rock, Arkansas pada 1880 dan berhasil meraih karier yang begitu gemilang.

Douglas berhasil menjabat Kepala Staf Angkatan Darat, AS pada tahun 1930-an, dan kemudian berperan penting dalam Perang Dunia II. Ia ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945. Namun siapa sangka, dibalik kegarangan sang Jendral, ternyata ia juga seorang ayah, pengasuh anak yang baik, penyayang dan sangat peduli keluarga.

“Lelaki tangguh di tengah badai.” Mungkin tidak berlebihan jika kalimat itu disematkan padanya. Bayangkan saja, ditengah kecamuknya perang Dunia II, namunselalu menyempatkan untuk berdoa buat keluarga dan putra yang di tinggalkannya, dimana waktu itu masih berumur 14 tahun. “A Father’s Prayer,” Begitu Douglas memberi judul doanya, dan mari kita simak sejenak:

DoaSang Ayah

Tuhanku…

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya dan berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan. Manusia yang sabar dan tabah dalam kekalahan. Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja. Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku…

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain. Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah, namun tak pernah melupakan masa lampau. Dan, setelah semua menjadi miliknya, berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku…

Berilah ia kerendahan hati, agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, pada sumber kearifan, kelemah-lembutan, dan kekuatan yang sempurna.

Dan… Pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba ayahnya, dengan berani berkata ‘hidupku tidaklah sia-sia.’

Sungguh sangat luar biasa, doa serong Jendral yang sangat peduli pada anaknya.Ia tahu, bahwa perjuangan setiap anak untuk meraih kesuksesan, seringkali berada di jalur yang terjal dan berkelok. Karena itu ia meminta pada Tuhan, agar putranya jangan dituntun di jalan yang mudah dan lunak. Hmmm…. Sepintas terdengar “S..a..d..i..s….”

Namun dalam mendidik anak, memang kerap dibutuhkan kombinasi selaras, dari pendekatan yang bersifat“manis” dan “pahit” sekalipun. Ibarat menyuguhkan secangkir kopi,orang tua harus piawai menakar kadar kopi dan gulahnya. Tidak terlalu manis, tapi juga tidak terlalu pahit.

Percayalah..! Komposisi yang pas dari keduanya, plus teknik “menyuguhkan” yang elegan pada anak, membuat mereka semakin respect pada kita. Hingga pada gilirannya kelak, dengan PD anak berkata, “Ayah… Bunda… Aku bangga punya kalian…” Pada saat yang sama kitapun mampu tersenyum bahagia sambil meminjam ucapan Douglas, “Terima Kasih Tuhan, ‘hidupku tidaklah sia-sia.’” Hmmm… Sobat, tidakkah kita merindukan itu…??

Terima Kasih, Salam Metamorfosa..!

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan

Related Posts:

Sekolah Pembunuh Kecerdasan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun