Mohon tunggu...
Rahman Patiwi
Rahman Patiwi Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Trainer, Speaker (WTS) I Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan I Fouder KOMUNITAS PARENTING COACH I Penulis Buku METAMORFOSA; Change Your Life, Touch Your Dream (Mizan) I MOTTO: Jangan jadi orang INSTANT yang suka enaknya saja. Jadilah orang INTAN yang sukses karena proses. \r\nJangan lupa berkunjung kembali disetiap kesempatan yang mungkin, karena kami akan selalu meng-update hot artikel dengan spesifikasi khusus dibidang PARENTING dan PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Salam METAMORFOSA...! I \r\n www.RahmanPatiwi.Com, Mari Bergabung di Komunitas Parenting Coach I \r\n 0823-4415-1480. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Negeri 1001 Kepalsuan, Waspadalah..! By @RahmanPatiwi

3 Desember 2014   11:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14175558601779623403

[caption id="attachment_339310" align="aligncenter" width="658" caption="Sumber: http://senjadianarosai.blogspot.com/2012/05/kepalsuan.html"][/caption]

Berapa waktu lalu pikiran saya sempat terenyuh, ketika mendengar beberapa jajaran orang-orang penting Negara, justeru terjerat dalam kasus hukum. Mulai dari ESDM, Perbankan, hingga menyeruak masuk pada dua Institusi vital bangsa. Yah, Keagamaan dan Pendidikan pun tak luput dari permainan “petak umpet.”

Hingga suatu ketika saya benar-benar jadi speechless, kita melihat seorang murid meminta perhatian-perhatian palsu dengan membawa bingkisan seadanya, guna di tukar dengan nilai-nilai palsu pula dari gurunya. Sebagai seorang guru, sekaligus Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan, saya tentu saja merasa miris.

Pikiran saya lalu bertanya-tanya, “Apa sesungguhnya yang salah dengan negeri kita, dan dimana letak biangnya?” Melalui sebuah buku Indonesia Strong From Home, Saya lalu teringat pada sebuah symposium akbar tentang pendidikan yang pernah diadakan oleh forum pengajar, Dokter, dan Psikologi, bagi Ibu Pertiwi di Jakarta.

Ditengah kehadiran para petinggi-petinggi pendidikan indonesia dan di hadiri oleh sekitar 1.500 peserta, ada sesuatu yang sangat menohok terjadi disana. Acara Akbar itu di mulai dengan sebuah pembukaan puisidari seorang seniman, Agus Sarjono tentangfenomenadunia pendidikan yang memiriskan. Berikut penggalan kutipan puisinya:

“’Selamat pagi pak, selamat pagi bu’ ucap anak sekolah dengan sapaan Palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah, mereka terperangahmelihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai maka berdatanganlah mereka kerumah-rumah bapak dan ibu guru, untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu yang ada, dengan nilai-nilai palsu baru yang lainnya.

Masa sekolah demi sekolah telah berlalu, merekapun lahir sebagai oknom-oknom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuwan, bahkan Bankir danSeniman yang juga palsu, dan menyeruak di negeri palsu…..”

Dari penggalan puisi menggelitik tersebut diatas, jelaslah bahwa Institusi Pendidikan menjadi lokomotif penggerak utama yang sangat krusial dan menentukan seperti apa peradaban suatu bangsa akan mewujud. Dan jangan lupa, dibalik peran itu, ada andil utama kita selaku orang tua yang tak boleh kehilangan eksistensinya. Ya itulah pendidikan keluarga berkarakter yang sejatinya harus bersinar di balik setiap lentera-lentera rumah kita.

Siapa bilang Orang tua tak bisa menjadi guru terbaik bagi anaknya. Mari kita berkaca dari Thomas A. Edison, anak berkarakter milik Dunia. Asal tau saja, ia tidak dilahirkan dari “rahim” pendidikan formal. Adalah Nancy Elliot, Ibunda Edison lah, yang telah berhasil menyihir dunia, melalui sentuhan tangan dinginnya dalam mendidik.

So, Mari kita sama-sama memperbaiki potret buram wajah negeri kita dari 1001 macam topeng kepalsuan. Nyalakanlah lentera-lentera itu dari rumah-rumah kita sebagai komponen hulunya. Dengan demikian semoga menjadikan anak kita kelak tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, yang mampu menjadi pusaran energi bagi kehidupan orang lain. Amin..!

Related Posts:

Beli Masa Depanmu Dengan Harga Sekarang

Whata You See Is What You Get, Waspadalah...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun