Mohon tunggu...
Rahman Patiwi
Rahman Patiwi Mohon Tunggu... profesional -

Writer, Trainer, Speaker (WTS) I Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan I Fouder KOMUNITAS PARENTING COACH I Penulis Buku METAMORFOSA; Change Your Life, Touch Your Dream (Mizan) I MOTTO: Jangan jadi orang INSTANT yang suka enaknya saja. Jadilah orang INTAN yang sukses karena proses. \r\nJangan lupa berkunjung kembali disetiap kesempatan yang mungkin, karena kami akan selalu meng-update hot artikel dengan spesifikasi khusus dibidang PARENTING dan PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Salam METAMORFOSA...! I \r\n www.RahmanPatiwi.Com, Mari Bergabung di Komunitas Parenting Coach I \r\n 0823-4415-1480. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

The Six Step Coachng: Mengakses Panggilan Profesi Anak Sejak Dini (Part 2) By @Rahman Patiwi

3 Januari 2015   04:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_344576" align="aligncenter" width="491" caption="Sumber: Ilustrasi I http://www.familyworks.net/coaching/"][/caption]

Setelah menulis The 6 Step Coaching, Part 1kemarin, ada yang bertanya, Mas Rahman, Bagaimana kalau ortu sudah melakukan step 1, tapi anak justru pikirannya malah berubah-ubah terus? Dengan tersenyum sayapun berkata “Selamat mas, itu artinya anak anda sedang terkontaminasi dalam pusaran proses.” Memang ada space yang harus tersiapkan saat maupun pasca melakukan injeksi coaching.

Kadang sudah bisa ditemukan hasilnya pada ring 1, namun juga ada di ring 2. Tapi jika masih juga belum, maka tergetkan di ring 3 dan itu final. Pada ring 3 ini, anak sudah berada pada usia SMA, dan sedikit lagi mereka akan tinggal landas terbang menjelajahi dunianya yang lebih luas.

Jika memasuki ring 3 anak belum juga bisa mengakses profesi panggilan jiwanya dengan jelas, itu berarti anda melepaskan anak melakukan proses tinggal landas dengan landasan pacu pondasi yang memiriskan. Bergerak melaju tanpa kejelasan arah, hingga rentan mengalami “turbelensi” kehidupan. Jadi kuatkan kuda-kuda, pada kedua step sebelumnya.

STEP 3: Lakukan Uji Bakat

Jika pada step 2 anda sudah melihat persembahan anak berupa 10 tabel jenis profesi lengkap dengan skornya, dan dari situ ada 3 jenis profesi yang memiliki skor paling tinggi. Sebut saja itu adalah Fisika, Bola, dan Musik, dengan skor penilaian anak masing-masing 10. Maka sekarang saatnya orang tua melakukan proses uji coba kevalidannyadi lapangan. Bagaimana caranya?

Kursuskan ketiga skor paling tinggi itu dan perhatikan keselarasan skor dalam 3 komponen utama, meliputi:NPot, NKon, dan NKom

NP= NILAI POTENSI

NKon= NILAI KONSISTENSI

Nkom = NILAI KOMPENTENSI

Npot, Ditentukan oleh ANAK sendiri nilai sudah ada, Skor: 10. Nkon, ditentukan oleh ORTU, terkait seberapa “hanyut” anak saat melakukan aktivitas sepanjang masa uji bakat tersebut, Skor: ….Sedangkan Nkom, ditentukan oleh ahlinya dalam hal ini PELATIH atau gurunya, Nilai: ….

STEP 4: Gunakan Skala Prioritas

Jika sebut saja NP = 10, NKon = 10, dan NKom = 10, maka segeralah menukik. Range terbaik jika berada di kisaran9 - 10. Segera lakukan skala prioritas terkait investasi pendidikannya. Namun bagaimana jika NP 10, NKon = 6, dan NKom = 10Atau sebaliknya, NP = 10, NKon = 10 namun NKom = 6? Nah ini ada warning sebagai pesan yang sejatinya harus bisa dibaca oleh ortu. Ortu jangan mau terkecoh. Namun terkait yang ini, akan saya jelaskan jika ada yang penasaran, He..he..he..

Dalam lini apapun kalau anak mau jadi hebat haruslah menggunakan skala prioritas sejak dini, dengan komposisi perbandingan 80:20. Artinya, ortu harus berinvestasi 80% pada wilayah kekuatan anak, dan 20% pada wilayah kelemahannya, secukupnya asal sudah bisa capai nilai standar. Bukan sebaliknya seperti apa yang dilakukan oleh kebanyakan Ortu. Asal tahu saja bahwa tidak ada anak yang tidak punya kekurangan, namun ortu yang cerdas, adalahmereka yang mampu menggunakan skala prioritas dengan benar.

Step 5 dan 6, sebagai penutup akan saya bahas pada postingan selanjutnya.

Salam Metamorfosa…!

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting dan Pemerhati Pendidikan

Related Posts:

The Six Step Coaching (Part 1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun