Suatu KetikaAngkatan laut Jerman melatih anggotanya yang baru lulus untuk digembleng menjadi tentara mudayang berbakat dan andal. Puncak latihan terberat itu ditutup dengan aksirenang sejauh kurang-lebih 15 kilometer. Sebagian besar diantara mereka keteter dangugur. Hanya sebagian kecil diantaranya yang selamatsampai dititik finis.
Momentum ini pun tak luput dari liputan wartawan. Mula-mula ia mewawancarai kepada yang gagal. “Pak, apa yang membuat anda tak mampu bertahan hingga Finis.” Sang pemuda pun menjawab, “bagaimana mungkin saya bisa sampai ke finis, sementara ujungnya tak mampu terlihat oleh gelapnya kabut, bercampur petir, berselimut badai.”
Pertanyaan yang sama diajukan pada segelintir yang berhasil. Dan jawabnya sungguh berbeda. “Ya, itu semua karena saya berhasil memvisualisasikan dan melihatnyadengan jelas akan arah finis yang saya tuju, meski cuaca tidak bersahabat. Sehingganya saya merasakan suntikan gelora energy, tiba-tiba mengalir dalam tubuh saya.” Demikian jelasnya.
Hal yang sama ternyata juga berlaku pada diri dan terlebih lagi dalam kehidupan anak kita yang masih terbentang luas. Jangan pernah membiarkan anak menjalani pendidikannya dengan mengalir, karena pada gilirannya akan mudah terkena “off-side” dan masuk dalam perangkat school minded. Hal itu akan menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, sekaligus sector financial, dengan out-put yang kerap mengecewakan.
Tetapi besarkanlah mereka dengan pola terdesain. Sehingga mereka bisa masuk dalam tataran Profession oriented, bukan school oriented. Hal itu guna mempercepat mereka memasuki lintasan terpola yang bersifat stay on track. Jika sudah begitu, maka akan memudahkan mereka menjalani karpet merah kehidupan terbaiknya.
Olehnya Segera kenali kemana ending perjalanan anak anda akan tertuju. Setelah itu barulah ditempel dengan pendidikan yang selaras. Bukan masuk pendidikan dulu yang tinggi-tinggi nanti baru cari profesi. Ini tentu keliru.
Menurut Farid Poniman, Jika anak sudah ngeklik dan sadar diri, bahwa setiap hal yang ia lakukan adalah sebuah implementasi menuju selangkah lebih dekat pada tujuannya, maka komposisi keberhasilannya bisa dikatakan telah mencapai 50%. Selebihnya di tentukan oleh kemampuan stay on track. Tetapi jika pertama itu masih kabur, maka waspadalah.
So, Jadilah orang Tua yang hebat. Ibarat pemanah professional, jangan hanya bisa melepaskan anak panah dari busurnya, tetapi kawallah hingga ia benar-benar menancap pada sasarannya dengan tepat. Itu artinya anda harus bisa membantu anak, untuk jeli membidik arah. Semua Itu dimulai dari prinsip, starting with the end, mulailah dari yang akhir.
Terima Kasih, Semoga bermanfaat
Salam Metamorfosa..
Rahman Patiwi
Praktisi Parenting-Pendidikan
Related Posts:
Seputar Pendidikan: Tragedi Paling Menyedihkan
Resolusi 2015: Ini Aksimu Mana Aksiku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H