Mohon tunggu...
Rahman Hidayat
Rahman Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Sang Playmaker

Saya berdiri untuk kebebasan berekspresi, melakukan apa yang saya yakini, dan pergi menjemput mimpi-mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Perang dan Air Mata

25 Januari 2014   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gitar yang kupetik kisahkan ceritamu tentang perang dan air mata
Di penghujung senja yang gemilang,
kau genggam mawar itu dan
berpijarlah cahaya cintamu
Ribuan syair lahir dari paras-paras
cantik yang jiwanya pernah mati dan
hilang
Semestapun ikut berkumandang
Nyanyikan baladamu tentang perang
dan air mata

Palembang, 25 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun