Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal di Nusantara. Kata "Pantun" berasal dari kata patuntun dalam Bahasa Minangkabau yang memiliki arti "penuntun". Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).
Ciri-ciri PantunÂ
Dilansir situs resmi Kemdikbud, pantun memiliki ciri khas bahasa yang amat kental yang membedakannya dengan jenis puisi lama lainnya. Berikut ini ciri-ciri pantun:
1. Tiap Bait Pantun Terdiri Atas Empat BarisÂ
Pantun memiliki ciri khas tiap baitnya selalu terdiri atas empat baris yang dikenal juga dengan sebutan larik.Â
2. Terdiri dari 8-12 Suku Kata di Tiap BarisnyaÂ
Tiap baris pada pantun dibuat sesingkat mungkin, namun tetap padat isi. Oleh karena itu, tiap baris pantun umumnya terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.Â
3. Memiliki Sampiran dan IsiÂ
Sampiran adalah pengantar yang biasanya tidak berhubungan dengan isi, namun menjabarkan tentang peristiwa ataupun kebiasaan yang terjadi di masyarakat. Untuk urutan pantun, sampiran berada di baris pertama dan kedua. Sementara isi pantun di baris ketiga dan keempat.Â
4. Pantun Bersajak atau Berima a-b-a-bÂ
Sajak atau rima adalah kesamaan bunyi yang terdapat dalam puisi. Pantun sendiri memiliki sajak atau rima a-b-a-b.
Langkah pembuatan pantun adalah sebagai berikut.
Buat dua baris pesan. Usahakan buat bagian akhir yang berbeda.
Buat dua baris sampiran yang bersajak dengan pesan.
Ganti jika jumlah suku kata per baris belum 8--12 suku kata.
Berikut beberapa contoh pantun dengan tema 'Ramadan' dengan skema tersebut.