Namun, yang menjadikannya menarik, salah satu anjing yang ia miliki disebutnya sebagai anjing-anjingan. Dan lagi anjing-anjingan ini ia katakan lebih menyerupai anjing sungguhan ketimbang anjing sungguhan itu sendiri.
Tak hanya kejenakaan, sajak-sajak Jokpin juga kerap berisi satire yang terselip begitu mesra dalam diksi yang sederhana. Ambil contoh puisi berjudul "Selamat Tidur". Pada puisi tersebut ia menceritakan suka-duka sebuah telepon genggam selama digunakan oleh manusia. Telepon genggam tersebut pada akhirnya mengeluh, "capek" dan ingin pamit tidur.
Setiap sajak yang terhimpun dalam  Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu, sebagaimana saya tuliskan diatas, adalah dokumentasi atas ibadah puisi Jokpin. Ibadah puisi yang penuh kesederhanaan, kejenakaan dan sesekali berisi kritik atas realitas sosial yang terangkai begitu indah dalam diksi-diksi familiar nan sederhana.
Selamat Tidur
Telepon genggam mau tidur. Capek.
Seharian bermain monolog. Banyak peran.
Konyol. Enggak nyambung.
Paling pusing bicara dengan bahasa siluman.
Serba akronim dan singkat.
Maunya hemat waktu. Enggak hemat pikiran
dan perasaan. Sok cerdas. Pemalas.
Paling seru bisa ngakak-ngakak sendirian.