Perempuan selalu dinarasikan sebagai orang yang lemah, baik secara fisik dan intelektualnya. Perempuan secara alamiah dianggap sebagai manusia kelas dua atau inferior dibanding laki-laki yang superior.
Perempuan juga dianggap lebih mengutamakan perasaan ketimbang logika, bahkan perempuan hanya dinarasikan fungsinya sebagai keibuan, bagaimana mereka bisa bereproduksi dan membesarkan anak-anak mereka.
Anggapan ini semua mitos belaka, tidak benar bahwa perempuan diberkati alam lebih lemah dibanding laki-laki. Sistem sosial lah yang mendegradasi posisi perempuan menjadi nomor dua. Dimana sumber daya ekonomi didonimasi oleh laki-laki dan sehingga menjadikan laki-laki sebagai superior. Sementara perempuan kehilangan kendali sumber daya ekonomi mereka, terpaksa mereka hanya mengurus rumah tangga.
Konsepsi ini dianggap seperti sesuatu yang sudah terberi dan begitulah alamiahnya perempuan, padahal itu hasil bentukan proses perkembangan masyarakat kita.Â
Perempuan justru diberkati alam untuk membuat kehidupan manusia lebih maju, berkat keberkahaan biologis perempuan bisa menghasilkan petani dan buruh. Dan juga kontribusi awal perempuan dibidang pertanian itulah yang kemudian mendorong laki-laki tidak perlu lagi berburu sehingga bisa mendomestifikasi dan menuju masyarakat industri.
Kita tidak ingin mengatakan bahwa perempuan lebih unggul dibanding laki-laki, semua gender punya peran-peran mereka yang diperlukan. Narasi ini hanya untuk melawan mereka-mereka yang selama ini yang menyebarkan mitos bahwa perempuan terlahir sebagi mahluk yang lemah dan inferior.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H