Melirik judul diatas, tentu kita merasa heran mengapa Pontianak dikait-kaitkan dengan istilah pecel lele. Padahal Pontianak (nama kota) dan pecel lele (nama makanan) merupakan satu-kesatuan yang sangat-sangat jauh berbeda. Namun, dalam tulisan ini, kata Pontianak dan pecel lele ternyata memiliki kaitan yang tak dapat dipisahkan. Jika anda berjalan-jalan di sekitar wilayah kota Pontianak, apalagi menjelang maghrib hingga tengah malam, maka anda akan menemukan hal yang sangat menarik sekaligus unik. Hal tersebut hampir menjadi pemandangan yang merata dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.
Di pinggir-pinggir jalan, di Ruko-ruko maupun di dalam gang-gang sekalipun, kita akan menemukan para penjual pecel lele yang nongkrong dan duduk menjual dagangannya sambil menunggu para pembeli atau pelanggan yang sekedar memesan menu pecel lele tersebut untuk dibawa pulang ke rumah maupun dipesan untuk dimakan di tempat itu juga.
Yup, itulah sekilas gambaran mengenai fenomena pecel lele yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh sebagian masyarakat kota Pontianak. Pecel lele yang note bene merupakan salah satu masakan khas daerah Jawa, kini seolah-olah menjadi makanan khas (makanan rutin) bagi masyarakat kota Pontianak. Warung pecel lele yang saat ini ramai menghiasi hampir di pinggir-pinggir jalan kota Pontianak, kini menjadi salah satu tempat favorit untuk sekedar ketemuan, sekaligus menjadi tempat untuk menghilangkan rasa lapar yang menghinggap dalam diri kita.
Pecel lele (pecek lele) adalah nama sebuah makanan yang terbuat dari ikan lele. Biasanya yang dimaksud adalah ikan lele yang digoreng kering dengan minyak dan lalu disajikan dengan sambal lalapan. Lalapan tersebut biasanya terdiri dari kemangi, kubis, ketimun, kacang panjang dan sambal. (Wikipidea Indonesia). Melihat fenomena tersebut, penulis merasa heran mengapa pecel lele yang sebenarnya bukanlah menjadi trade mark dari masyarakat kota Pontianak, khususnya dalam hal kuliner, seolah-olah kini telah menjadi "makanan favorit" yang mayoritas banyak menghiasi sudut-sudut kota Pontianak pada malam hari.
Pontianak merupakan salah satu wilayah yang merupakan bagian dari sebuah pulau yang bernama Kalimantan Barat. Seperti kota-kota lain yang berada di Indonesia, Pontianak juga memiliki beberapa makanan khas yang secara tidak langsung memberikan sebuah image bagi kota Pontianak. Sebagai contoh, bubur pedas dari daerah sambas, krupuk Amplang dari derah Ketapang, krupuk Basah dari daerah Kapuas Hulu atau Putussibau merupakan beberapa contoh bahwa Pontianak (Kalimantan Barat) memiliki segudang makanan khas yang menjadi identitas dan kebanggaan khususnya bagi masyarakat kota Pontianak dan Kalimantan barat pada umumnya.
Namun, kekayaan kuliner yang ada di kota Pontianak, menurut penulis hanya menjadi kebanggaan lokal sesaat dan tidak mampu untuk memberikan stimulus (rangsangan) bagi kita yang walaupun memang tidak dikenal di luar wilayah Kalimantan Barat, tapi setidak-tidaknya menjadi kuliner yang mudah didapat khususnya bagi masyarakat kota Pontianak.
Di kota Pontianak, banyak sekali tempat penjual makanan yang selalu membawa label kedaerahan, seperti rumah makan Padang yang di dalamnya terdapat makanan khas dari daerah Padang, soto Makassar yang menyediakan makanan soto khas makassar, restoran Jepang yang menyajikan masakan Jepang dan lain-lain. Tapi, penulis belum pernah menemukan khususnya di wilayah kota Pontianak sendiri ada rumah makan atau restoran yang menyediakan makanan khas dari Pontianak. Misalkan rumah makan Pontianak dan lain sebagainya. Biar pun demikian, beberapa waktu lalu ketika penulis sedang melintas di jalan HOS Cokroaminoto (Merdeka), penulis sempat menemukan ada sebuah tempat penjual makanan yang khusus menjual makanan asli dari daerah sambas yaitu sebuah warung yang menjual bubur pedas pondok Burdas). Dan hal tersebut memberikan kebanggaan tersendiri bahwa masih ada segelintir masyarakat yang peduli untuk mengkommersilkan makanan bubur pedas yang note bene berasal dari daerah Sambas. Dan ternyata makanan tersebut terkadang kurang begitu diminati khususnya bagi masyarakat kota Pontianak.
Ironis memang, ketika kota Pontianak yang sudah barang tentu memiliki makanan khas, tapi masyarakatnya tidak berusaha untuk mengkommersilkan makananan khas kita sendiri. Tidak usah jauh-jauh untuk berpikir bahwa makanan khas daerah Pontianak harus menembus area di luar kota Pontianak, memperkenalkan makanan khas yang berlabel  Pontianak mungkin akan memberikan kebanggaan tersendiri khususnya bagi masyarakat kota pontianak dan Kalimantan barat pada umumnya.
Pontianak seperti apa yang penulis lihat, seolah-olah hanya menjadi wilayah yang dihuni oleh para para kaum pendatang yang tidak saja untuk berdomisili secara tetap, melainkan juga sebagai tempat yang lumayan menjanjikan untuk "menjual" segala macam atribut yang berbentuk kuliner yang berasal dari daerah-daerah lain. Tapi, menurut saya semua itu merupakan hal yang positif, karena apa yang mereka (para pendatang) lakukan adalah dalam rangka berjuang keras untuk bertahan hidup dengan melakukan hal-hal seperti membuka usaha rumah makan, restoran atau menjadi penjual pecel lele, dan hal tersebut ternyata sangat menjanjikan tidak saja untuk sekedar bertahan hidup tapi juga sebagai lahan untuk menambah kekayaan secara materi.
Kembali kepada persoalan pecel lele, saya mendengar kisah dari teman-teman saya, bahwa salah satu penjual lele yang sekarang berdomisili di jalan H.M Suwignyo Pontianak, kini telah menjadi juragan lele yang paling kaya khususnya di kota pontianak, dan konon kabarnya, kini telah memiliki rumah yang paling mewah di kawasan tersebut. Pecel lele seperti yang saya sebutkan di atas, memang memiliki harga yang sangat bervariasi khususnya untuk kawasan kota Pontianak, mulai dari harga Rp. 8.000, sampai Rp. 10.000; walaupun dalam kenyataannya harga tersebut sangat jauh berbeda dengan daerah asalnya ( pulau Jawa) yang harga per porsinya hanya berkisar antara Rp 3500; sampai Rp. 5.000;
Penulis tidak begitu memahami mengapa masyarakat kota Pontianak enggan untuk mengkommersilkan produk-produk khususnya dalam hal makanan, padahal Kalimantan Barat memiliki segudang produk lokal yang menurut penulis perlu untuk diperkenalkan tidak hanya di area pontianak sendiri, melainkan juga untuk kawasan di luar kota pontianak. Diakhir tulisan ini, penulis tidak bermaksud untuk memprovokasi para pembaca untuk menjadi seorang pedagang apalagi pedagang pecel lele, tapi setidak-tidaknya menjadi bahan perenungan khususnya bagi saya secara pribadi yang mencoba untuk membanggakan (melestarikan) segala hal yang memang menjadi ciri khas daerah kita agar tidak menjadi hal yang dilupakan apalagi menjadi sesuatu yang hilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI