Mohon tunggu...
rahman sahfii
rahman sahfii Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak ada

welcome guys

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal "Tradisi Kumau", Upacara Adat Pertanian Daerah Jambi

2 November 2021   12:50 Diperbarui: 2 November 2021   13:25 2152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi kumau merupakan sebuah tradisi yang biasanya dilakukan oleh para petani ketika akan mulai turun ke sawah. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah ada gejala alam yang dapat dilihat maupun dirasakan oleh penduduk, baik yang berhubungan dengan iklim maupun dengan kondisi lahan pertanian itu sendiri. 

Contohnya, adanya perubahan tanah pada musim hujan setelah musim kemarau. Apabila tanah yang di cangkul lengket dengan cangkul, maka peduduk akan melaporkan kepada pemangku adat bahwa tradisi kumau sudah dapat di laksanakan. 

Setelah adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa upacara harus segera dilaksanakan maka dilakukanlah persiapan unuk pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara ini bertujuan untuk meminta keselamatan serta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada arwah para nenek moyang, memohon kesuburan dan memohon berbuat adil.

Tradisi kumau dilaksanakan setahun sekali sesuai dengan musim tanam (musim penghujan datang). Dalam upacara adat ini terdapat beberapa tahapan yaitu, mulai dari ngepak jambe (membuka lahan), menyiram benih, nyambau benih (menabur benih), dan memasang pupuh (memasang daun-daunan di tengah persemaian). 

Memasang pupuh adalah suatu keharusan karena ada semacam kepercayaan apabila tidak memakai pupuh padi tidak akan berhasil. Sebelum pupuh ditanam, maka akan dibacakan mantra atau doa terlabih dahulu oleh pemuka adat dan kemudian baru pupuh di tanam. Kegiatan memasang pupuh ini merupakan tahap terakhir dari upacara kumau.

Seiring perubahan zaman, tradisi kumau ini sudah jarang sekali dilaksanakan karena cara berfikir masyarakat dan paham keagamaan.

Tetapi alangkah baiknya jika sama-sama menjaga beberapa upacara adat yang memang masih bisa kita jaga. 

Jangan lupa untuk share artikel ini kepada teman-temanmu agar mereka mendapat pengetahuan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun