Tradisi kumau merupakan sebuah tradisi yang biasanya dilakukan oleh para petani ketika akan mulai turun ke sawah. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah ada gejala alam yang dapat dilihat maupun dirasakan oleh penduduk, baik yang berhubungan dengan iklim maupun dengan kondisi lahan pertanian itu sendiri.Â
Contohnya, adanya perubahan tanah pada musim hujan setelah musim kemarau. Apabila tanah yang di cangkul lengket dengan cangkul, maka peduduk akan melaporkan kepada pemangku adat bahwa tradisi kumau sudah dapat di laksanakan.Â
Setelah adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa upacara harus segera dilaksanakan maka dilakukanlah persiapan unuk pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara ini bertujuan untuk meminta keselamatan serta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada arwah para nenek moyang, memohon kesuburan dan memohon berbuat adil.
Tradisi kumau dilaksanakan setahun sekali sesuai dengan musim tanam (musim penghujan datang). Dalam upacara adat ini terdapat beberapa tahapan yaitu, mulai dari ngepak jambe (membuka lahan), menyiram benih, nyambau benih (menabur benih), dan memasang pupuh (memasang daun-daunan di tengah persemaian).Â
Memasang pupuh adalah suatu keharusan karena ada semacam kepercayaan apabila tidak memakai pupuh padi tidak akan berhasil. Sebelum pupuh ditanam, maka akan dibacakan mantra atau doa terlabih dahulu oleh pemuka adat dan kemudian baru pupuh di tanam. Kegiatan memasang pupuh ini merupakan tahap terakhir dari upacara kumau.
Seiring perubahan zaman, tradisi kumau ini sudah jarang sekali dilaksanakan karena cara berfikir masyarakat dan paham keagamaan.
Tetapi alangkah baiknya jika sama-sama menjaga beberapa upacara adat yang memang masih bisa kita jaga.Â
Jangan lupa untuk share artikel ini kepada teman-temanmu agar mereka mendapat pengetahuan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H