Risalah Cinta.... Dua tahun yang lalu menjadi sejarah penting dalam kebangkitan IMAMA (Reaktivasi), jalan kebangkitan yang diciptakan dari dinamika yang berdarah-darah, Â merelakan segala hal untuk bagaimana persatuan mahasiswa Madura tetap terjalin. Kehadiran kembali IMAMA dalam kontestasi organisasi daerah bukan gerakan oposisi, Â akan tetapi hanya ingin bagaimana menyamakan bahasa dari ujung barat Madura sampai ujung timur Madura. Sungguh sangat ironi, Â ketika ada mahasiswa Madura yang tak mau tahu tentang kabar dan keadaan saudaranya sendiri. Maka dari itu IMAMA Â sebagai kabar baik bagaimana rekonsiliasi tertata kembali dalam ruang Madura secara global. Â Â
Saudaraku. Sudah banyak prestasi yang dicapai oleh tokoh-tokoh Madura hampir di semua sektor sudah kita kuasai, Â dan yang harus kita pahami adalah para generasi penerusnya. Namun kabar buruknya kita sudah masuk di abad 21, satu potret abad dimana persaingan amatlah jahat dan kejam, Â siapa yang tidak siap akan ditindas, Â abad persiangan ini hanya berhak dimiliki oleh orang yang siap dalam berlaga. Â Antisipasi dari itu, Â adalah IMAMA yang kita cintai ini harus mempersiapkan generasi millenialnya untuk menggantikan posisi strategis yang sudah diperjuangkan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.Â
Dan visi besar IMAMA bukan melahirkan sosok superman tapi super-team. Â Di organ IMAMA boleh miskin secara finansial, Â tapi tidak boleh miskin dedikasi dan prestasi. Di hari kemenangan ini setidaknya ada nilai besar yang harus kita hayati dari drama dan dialog Nabi Ibrahim dan anaknya yang bernama Nabi Ilyas. Â Sungguh orang mana yang tega menyembelih anaknya sendiri, Â kalau bukan orang tua yang mulai kehilangan akal sehatnya, tapi Ibrahim tak bisa apa-apa ketika dihadapkan dengan janji yang sudah mengikatnya kepada Allah.Â
Akhirnya berkat kerelaan Ibrahim, Â lantas Tuhan menggantikannya dengan kambing. Â Kita jangan jauh-jauh membunuh anak, Â merelakan pacar kepada temen aja marahnya luar biasa. Ah dasar kalian ini.. He he. Tapi berangkat dari kisah diatas, Â Mungkin hari ini kita belum bisa berkurban (sapi/kambing). Setidaknya dedikasi dan prestasi kita untuk kebesaran IMAMA menjadi niyabah Qurban sementara kita, Â karena hari ini IMAMA hanya butuh itu untuk selangkah lebih maju. Â Jika kampus UIN Malang satu selangkah menju world class University, Â maka IMAMA selangkah lagi menuju world class organisation.
Terakhir, Â Saling welas asihlah sesama saudara, tidak mungkin orang lain yang akan membantu kita dalam persaingan global, yang hadir pada saat nanti adalah saudara kita. Â Selamat kepada pengurus baru IMAMA, Kutitipkan IMAMA dihatimu, Â bukan dipundakmu. Sayangilah dia seperti kau menyangi hati dan perasaanmu.. Â ... Wajahidu Fillahi Haqqo Jihadihi.... (SUHAIMI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H