Mohon tunggu...
aulia rahman sadzali
aulia rahman sadzali Mohon Tunggu... -

pria berkacamata penyuka spongebob

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

My First Flight with Garuda Indonesia

26 Juni 2013   17:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:23 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tidak kenal Maskapai penerbangan Garuda Indonesia? Maskapai dengan tingkat on time teratas di Indonesia ini merupakan maskapai pembawa bendera Indonesia, yang mengenalkan Indonesia kepada negara-negara lain di dunia.

Berbicara tentang Maskapai Nasional Garuda Indonesia, pesawat yang kunaiki untuk pertama kalinya adalah pesawat dengan lambang burung garuda menukik di ekor pesawat, Garuda Indonesia Airlines. Waktu itu, aku merupakan salah satu finalis sebuah lomba yang hadiahnya adalah kunjungan ke pabrik penyelenggara lomba di ibukota Jakarta. Kami menuju Polonia. Nyaris terlambat. Sebab waktu check in sudah diambang limit. Segera saja rombongan kami berdesakan di pintu. Setelah semua proses di bandara selesai, tak lama, nomor penerbangan kami disebutkan. Bergegas rombongan pun memenuhi panggilan tersebut. Sebagai pengalaman pertama, masih sangat tidak mengerti tentang penerbangan, aku terbengong. Tiba-tiba saja kami telah berada di atas pesawat. Seorang pramugari cantik dengan busana Blous batik, jaket dipadu skirt dominasi warna hitam beserta pantovelnya dengan senyum ramah menyambut kami di ambang pintu pesawat. Tangan dirapatkan, diletakkan di depan dada dengan kepala mengangguk dan senyum tersungging manis, yang kutahu merupakan salam penyambutan dari awak kabin Garuda Indonesia yang dikenal dengan Salam Garuda ini telah menambat hatiku. Pramugari kedua yang kutemui, juga berlaku serupa, menunjukkan nomor tempat duduk yang tertera saat aku menanyakan nomor yang tertulis di karcis yang tengah kupegang, masih dengan senyum yang tersungging manis di bibir. Sementara sekarang, jika anda melakukan penerbangan via garuda, akan dijumpai para pramugari dengan kebaya tradisional dengan batik motif lereng dilengkapi dengan kebaya berwarna biru gaya Kartini di bagian atas, dimana filosofi biru menggambarkan semangat muda Garuda Indonesia. Selain warna biru, ada dua warna lagi yang dipakai oleh para pramugari yaitu warna orange dan hijau tosca.

Begitu memasuki pesawat, aku mencium aroma yang menenangkan, sehingga tidak membuat mual, bahkan betah berada dalam pesawat.Aroma terapi yang disajikan saat ini dalam pesawat garuda merupakan perpaduan aromatis dari minyak sari yang dihasilkan oleh tumbuhan dan rempah-rempah asli Indonesia seperti cengkeh dan pala, demi menciptakan aroma yang menyegarkan sekaligus menenangkan.

Kuhempaskan badan di kursi pertamaku ini. Ahh, akhirnya aku terbang. Kupejamkan mata, menikmati sensasi penerbangan pertama yang akan kulakukan. Keramahan yang kutemui sebelum menaiki pesawat, aroma menenangkan saat berada dalam pesawat disertai alunan musik yang merdu, merupakan pelayanan prima yang kudapatkan pada penerbangan pertamaku ini.

Aku berbincang dengan teman di samping yang masih bagian dari rombongan. Setelah seluruh penumpang telah memenuhi semua kursi yang ada dalam kabin pesawat, sebuah suara pun menyapa.

“Selamat Datang Bapak/ Ibu yang terhormat. Sesaat lagi anda akan menyaksikan video demo keselamatan. Kencangkan sabuk pengaman anda. Meja dilipat dan kursi ditegakkan. Bagi penumpang yang duduk di kursi sebelah pintu darurat, harap membaca petunjuk yang berada di kantong kursi. Bagi Bapak/ Ibu yang membawa alat komunikasi, harap menonaktifkannya selama berada di dalam pesawat. Sekian. Dan selamat menikmati perjalanan anda.”

Pramugari-pramugari yang tadi kulihat, kini berada di depan, di tengah, dan di belakang kabin, melakukan demo keselamatan. Demo keselamatan ini berlangsung beberapa menit. Operator menyebutkan beberapa peraturan selama berada dalam pesawat berupa larangan mengaktifkan handphone atau telepon genggam atau alat komunikasi lainnya. Hal ini untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, disebabkan sinyal handphone akan mengganggu navigasi pesawat yang menyebabkan terganggunya komunikasi antara pilot dan pihak ATC bandar udara. Para pramugari juga memberi isyarat jika terjadi keadaan darurat, maka para penumpang diharuskan segera memakai masker yang ada di atas kepala setiap penumpang.

`Pesawat tidak akan berangkat sampai seluruh penumpang telah mematikan alat elektronik yang dibawa. Memakai seat belt saat pesawat mulai landing yang bertujuan untuk keselamatan dan antisipasi jika landing mengalami turbulensi yang bisa menyebabkan penumpang terbentur atau terpental di dasar kabin. Setelah semua prosedur penerbangan telah dilakukan, saatnya pesawat landing. Aku telah mengenakanseat belt sesuai instruksi. Gerakan roda pesawat bisa kurasakan mulai berputar di landasan bandara.Semakin lama, gerakannya semakin cepat. Semakin cepat. Dan, wuss, badan pesawat telah mengambang di udara.

Teman satu perjalananku, Alyssa menyentuh lenganku setelah kami berhasil terbang.

“Syukurlah, tidak ada goncangan yang berarti.” Dia memulai percakapan. Aku mengangguk. Mengiyakan ucapannya.

“Ngomong-ngomong, sudah berapa kali naik pesawat?”

“Baru kali ini. Kamu?”

“Wah, sama dong.” Ujarnya. Kami tertawa bersama. “Tapi, begitu aku tahu bahwa kita akan menaiki pesawat ini, aku buru-buru cari info lho. Wah, ternyata nama pesawat ini diberikan oleh Pesiden Soekarno. Pesawat ini ternyata pemberian Belanda. Dan Ketika presiden pertama kita ditanya perihal nama pesawat yang akan ditumpanginya, beliau menjawab.” Alyssa terdiam sesaat, berusaha mengingat-ingat kata yang akan dia ucapkan, lalu mulutnya berbentuk bulat, moncong ke depan, agak disengau-sengaukan, mengeluarkan arus bunyi yang kurang jelas di telingaku. Beberapa waktu kemudian, baru aku tahu apa yang dia ucapkan setelah mencari informasi tentang ucapan presiden tersebut.

Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden

Yang artinya. ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu"). Presiden mengambil nama tersebut dari gubahan Raden Mas Adi Noto Soeroto. Aku jadi teringat bahwa negara ini juga punya lambang burung garuda. Klop.

Tentu saja pesawat pertama yang ditumpangi presiden kita ini, telah mengalami banyak peningkatan. Baik dari segi bentuk pesawat, pelayanan, keramahan, dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah maskapai penerbangan.

Saat masih berbincang-bincang, seorang pramugari mendekati kami. Dia menawarkan makanan. Pada saat itu, 2004, dia menyajikan nasi dengan steak daging dan nasi dengan gulai ikan. Waktu itu, aku memilih steak daging. Namun, jika anda melakukan penerbangan sekarang ini, menunya telah berubah. Menampilkan menu-meu tradisional indonesia, meliputi Mini Nasi Tumpeng Nusantara, dan jus martebe (markisa dan terong belanda). Menu tradisional ini akan memanjakan lidah anda yang telah akrab dengan menu nusantara ini. Indonesia banget, bukan?

Kami menyantap hidangan yang tengah berada di hadapan kami masing-masing. Sembari mata menatap televisi yang pada 2004 berada di bagian paling depan. Televisi saat itu hanya berkisar dua atau tiga. Namun, jika sekarang anda melakukan penerbangan, setiap kursi telah dilengkapi dengan perangkat mutakhir Audio and Video On Demand (AVOD) menawarkan berbagai pilihan untuk menikmati film, siaran TV, video game, serta musik, termasuk musik tradisional dan kontemporer Indonesia. Para penumpang Garuda Indonesia dapat menikmati kecanggihan perangkat hiburan di dalam pesawat, yang tersedia di penerbangan kelas Eksekutif maupun Ekonomi. Di samping itu, kami juga bisa mengetahui lama perjalanan dengan melihat peta perjalanan.

Perjalanan dua jam dari Medan menuju Jakarta terasa tidak penat dengan pelayanan yang diberikan oleh Garuda. Bahkan, aku sempat tertidur. Aku terbangun, ketika Alyssa membangunkanku. Dia bilang, kami hampir tiba di tujuan. Aku yang duduk dekat jendela, bisa melihat bangunan kecil berderet-deret berwarna merah di bawah sana. Semakin dekat, semakin jelas. Ternyata warna merah yang tadi kulihat merupakan atap dari bandara Soekarno-Hatta. Kami telah tiba di tujuan.

Juli 2004, penerbangan pertamaku. Juga merupakan masa kritis buat Garuda Indonesia. Meskipun demikian, Garuda tetap memberikan pelayanan prima terhadap para penumpang. Bravo selalu buat Garuda Indonesia!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun