Pada penghujung tahun lalu, salah satu konten yang diunggah di laman YouTube Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi sempat menjadi perbincangan hangat netizen Indonesia terutama di platform X. Konten tersebut menampilkan sosok Wamendikti Indonesia, yakni Stella Christie yang memberikan penjelasan tentang strategi pendaftaran S1 ke Perguruan Tinggi Luar Negeri. Sontak hal tersebut mengagetkan mayoritas masyarakat Indonesia. Banyak netizen yang membagikan rasa keheranan mereka melalui cuitan dalam sosial media. Salah satunya adalah cuitan di X yang disampaikan oleh username @ardisetiawan: "Kenapa harus ke luar negeri Bu? Secara realistis iya kita semua tahu kenapa. Tapi kan Ibu Wamendikti Indonesia? Bukannya mestinya nyari cara gimana caranya talenta terbaik tetap ada di kampus Indonesia? Bikin kampus Indonesia bisa bersaing sama yang di luar?". Netizen lain dengan username @betaekonano menanggapi: "Menurut saya sih ini kaya tutorial biasa aja. Bagi orang mau daftar ke LN. Biar tau caranya, bukan maksud biar mereka semua belajar ke LN."Â
Tak heran kemunculan konten tersebut menjadi kontroversi di kalangan masyarakat. Terdapat pendapat pro maupun kontra dalam menanggapi video edukasi mengenai strategi kuliah di luar negeri yang dibagikan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Indonesia tersebut. Bagi sebagian besar netizen, dipublikasikannya konten tersebut menunjukkan sebuah ironi. Jika pemerintah mempromosikan kuliah di luar negeri, apakah itu artinya perguruan tinggi di Indonesia belum cukup kompetitif dibandingkan perguruan tinggi luar negeri? Tentu saja, hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Beberapa netizen juga menyarankan bahwa seharusnya pemerintah lebih berfokus pada perbaikan kualitas pendidikan di perguruan tinggi dalam negeri sehingga nantinya dapat bersaing dengan perguruan tinggi luar negeri. Bagi mereka yang kontra, langkah ini dinilai bisa saja memperburuk masalah "brain drain" atau migrasi talenta muda ke luar negeri. Apabila terlalu banyak mahasiswa Indonesia yang memilih untuk berkuliah di luar negeri, maka ini dapat berdampak pada pengurangan potensi berkembangnya riset, inovasi, dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Negara kita sebenarnya merupakan negara dengan potensi besar, maka dari itu akan sangat disayangkan apabila fenomena "brain drain" meningkat drastis.Â
Namun, tidak sedikit pula yang melihat langkah ini sebagai hal positif. Bagi sebagian netizen, memberikan informasi dan panduan bagi anak Indonesia yang memang berencana melanjutkan studi ke luar negeri merupakan hal yang naik. Kuliah di luar negeri dianggap sebagai kesempatan berharga untuk memperluas wawasan dan mengakses pendidikan berkualitas yang mungkin tidak tersedia di dalam negeri. Sistem pendidikan luar negeri sering kali menawarkan fasilitas dan riset yang tidak dapat ditemukan di Indonesia. Bahkan dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk berkarir di dunia internasional. Dengan demikian, strategi kuliah di luar negeri yang diberikan oleh Wamendikti ini dianggap dapat membantu mahasiswa Indonesia memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan lebih baik. Dari sudut pandang ini, langkah yang diambil Kementerian Pendidikan Tinggi dengan memberikan informasi ini bukan hanya soal mendorong mahasiswa untuk pergi ke luar negeri, tetapi untuk memberi mereka pemahaman lebih jelas mengenai proses pendaftaran dan beasiswa. Mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan internasional dan membuka jaringan yang luas di dunia akademis maupun profesional.Â
Dalam menanggapi perdebatan ini, kita perlu menemukan titik temu di antara kedua belah pihak tersebut. Kuliah di luar negeri memang dapat memberikan banyak keuntungan, namun pada saat yang sama, pemerintah dan masyarakat harus lebih fokus pada upaya penguatan perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa langkah yang bisa diambil adalah peningkatan fasilitas pendidikan, kolaborasi internasional, dan perbaikan kualitas pengajaran agar Indonesia mampu mempertahankan talenta terbaik di dalam negeri. Sementara itu, kuliah di luar negeri tetap bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin memperdalam pengetahuan di bidang tertentu, yang mungkin tidak tersedia di Indonesia, atau bagi mereka yang ingin mengembangkan jaringan global. Jadi, bukan berarti pemerintah harus memilih salah satu, melainkan bagaimana kedua hal ini bisa berjalan beriringan. Kedua hal ini, jika dikelola dengan baik, dapat memberikan manfaat besar bagi masa depan pendidikan Indonesia dan pengembangan sumber daya manusia di tanah air. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa mengembangkan sistem pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul secara nasional, tetapi juga di kancah internasional.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H