Mohon tunggu...
Rahma Latifa
Rahma Latifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - FISIP

never try never know

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencegah Konten Hoax Yang Semakin Masif Jelang Pemilu

8 Mei 2024   09:24 Diperbarui: 8 Mei 2024   11:51 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era digital yang semakin maju, aliran informasi telah menjadi lebih mudah diakses memunculkan adannya informasi yang dibuat-buat atau dimanipulasi. keberadaan konten hoax atau informasi palsu semakin meresahkan, terutama menjelang pemilihan umum (pemilu). Pada tahun 2019 tercatat sekitar 3.356 hoaks yang tersebar di dalam sosial media dan mayoritas adalah berita politik. Teknologi  digital  telah  memberikan banyak  peluang,  terutama  di  bidang  industri  Politik,  termasuk  kinerja  dalam  pemilihan umum.  Pemanfaatan   teknologi   digital   diyakini   sangat memudahkan lembaga penyelenggara pemilu. Namun, adannya Konten hoax, atau disinformasi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika politik di berbagai negara, dan Indonesia tidak terkecuali. Jelang pemilu, penyebaran konten-konten yang tidak benar semakin meluas, memanfaatkan media sosial sebagai platform utama.

penyebaran konten hoax menjadi perhatian, terutama menjelang pemilu. Ada beberapa alasan konten hoax menyebar begitu cepat, pertama, Pengguna dapat berbagi konten dengan ribuan orang dalam hitungan detik hanya dengan beberapa ketukan di layar. kedua, Fitur-fitur sosial media memungkinkan konten yang menipu untuk disebarkan secara luas dan cepat tanpa hambatan. Ketiga, Konten yang menarik perhatian atau memicu minat lebih besar kemungkinannya untuk dipromosikan oleh algoritme, Saat kita melihat konten hoax dari orang yang kita percayai atau hormati, kita cenderung mempercayainya dan menyebarkannya lebih luas. Keempat, banyak orang cenderung menyebarkan informasi tanpa verifikasi yang memadai. Hal ini menyebabkan konten menyebar secara tidak terkendali. Kelima, sifat viral dari konten juga merupakan faktor, Konten pengambilan gambar sering kali dirancang dengan cermat untuk menarik perhatian pengguna media sosial dan membangkitkan respons emosional.

Disamping itu, konten  hoax sangat merugikan karena mengancam kehidupan demokrasi di Indonesia terutama dalam pemilu serta menghambat upaya-upaya pembangunan dan menyejahterakan masyarakat yang sedang diupayakan pemerintah . Penyebaran konten hoax berdampak negatif terhadap proses demokrasi.  hal ini dapat mengaburkan fakta dan mengarahkan masyarakat untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang menyesatkan. Kurangnya pemahaman dan penyebaran informasi yang salah dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kandidat politik dan isu-isu kebijakan, serta dapat mempengaruhi hasil pemilu secara tidak adil. penyebaran konten yang hoax dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap lembaga demokrasi dan proses pemilu secara keseluruhan. Ketika warga negara kehilangan kepercayaan terhadap integritas proses demokrasi, mereka mungkin menjadi apatis atau menolak berpartisipasi dalam pemilu. Hal ini dapat mengancam kesehatan demokrasi secara keseluruhan.

Dengan adannya berita hoax yang sering kita temui dalam media, Langkah-langkah untuk meminimalisir adannya hoax juga bisa kita terapkan dengan literasi digital sbagai upaya untuk meminimalisir hoax, edukasi  tentang pemahaman dan kajian kritis media agar bisa membedakan konten yang benar dan salah. Literasi digital dapat menjadi langkah yang relevan dan efektif dengan memberikan informasi tentang ciri-ciri berita palsu, prosedur pemantauan informasi, dan tindakan yang tepat untuk dilakukan ketika ditemukan informasi palsu atau menyesatkan. Itu sebabnya literasi digital penting untuk memerangi berita palsu, terutama menjelang pemilu. Dimana literasi digital mempunyai tiga arti penting dalam komunikasi media digital. Pertama, penggunaan media digital yang semakin meningkat di masyarakat. Perangkat digital yang dapat memberikan informasi tanpa memandang batasan jarak maupun waktu sudah menjadi kebutuhan yang esensial. Kedua, ketergantungan masyarakat terhadap media digital semakin meningkat karena mampu memberikan solusi atas segala permasalahan sosial. Ketiga, untuk menyaring informasi yang ada, diperlukan kemampuan membaca dan memahami esensi informasi yang diperoleh melalui informasi digital.

Saat kita menghadapi meningkatnya penyebaran disinformasi menjelang pemilu, menyadari pentingnya memeriksa informasi dan melakukan kritik yang matang adalah solusi untuk memerangi disinformasi. Kita sebagai warga negara harus memiliki keterampilan digital yang memadai untuk memverifikasi keakuratan informasi sebelum menyebarkannya. seharusnnya media sosial juga perlu meningkatkan upaya mereka untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang tidak pantas serta memberikan transparansi tentang cara mereka menangani konten yang kurang layak. Pemerintah juga perlu menerapkan peraturan yang lebih ketat dan menegakkan hukum terhadap pelaku yang menyebarkan informasi yang salah. Hanya melalui kerja sama yang kuat antara masyarakat, platform media sosial, dan pemerintah, kita dapat mengatasi bahaya penyebaran konten hoax dan menjaga integritas demokrasi selama proses pemilu.

sumber: Andriarti, A., Nurmadewi, D., Suharyanti, S., Yulianti, R. D., Ariyanto, R., & Fadhil, R. (2024). LITERASI DIGITAL MELAWAN HOAKS PEMILU 2024. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(1), 838-844.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun