Embun perlahan melekat di permukaan kaca bus yang ku tumpangi, satu persatu mulai memburamkan pandangan, kemudian lengkaplah sudah, aku tak bisa menatap apapun diluar sana, hanya gambaran abstrak, campuran warna yang tak jelas. Bus tua berwarna biru ini memang sudah benar benar tua, atapnya yang bolong membuat air merembes ke dalam, hingga mengenai wajahku, sejenak aku terdiam, lalu aku tersenyum.
Tahukah kau kawan, senyum apa itu?
Ini adalah senyuman tentang sepotong gambar dakam kisah masa laluku, itulah saat saat hujan membuatku benar benar bahagia. Semua terasa bagai mimpi, ya benar benar seperti mimpi. Semenjak melihatnya pertama kali, setelah itu, aku tak pernah berani membayangkan akan bertemu lagi dengan nya (laki-laki imajinasiku). Namun, skenario tuhan memang terbukti indah, hujan membuatku bertemu denganya, dalam alunan senja yang menua di atas sebuah kereta beroda dua. Ajaib!
Sejak saat itu aku benar benar menyukai hujan,ia bening seperti embun, ia mendatangkan kesejukan dan juga kesegaran. Namun tak hanya itu kawan, hujan juga membawa kebahagiaan. Kebahagiaan itu ikut datang kepadaku, melaluitetesan - tetesan yang membawa kesejukan, damai, hingga ke relung hatiku.
Semua skenario tuhan yang terjadi secara kebetulan hari itu, benar benar telah menyita seluruh pikiran ku, membuatku selalu ingin dekat denganya. Aku hanya bisa berkali-kali menatap lekat layar hp ku, memeriksa barangkali saja ada pesan darinya, atau dia sudah membaca pesan yang ku kirim semalam. Sudah seharian aku memeriksanya, sudah tak terhitung kalinya, namun huruf “D” itu tak juga berubah menjadi “R”. blackberry messenger ku hanya dipenuhi oleh pesan-pesan yang tak ku inginkan, sejak kenangan di tengah hujan kemarin lusa, entah kenapa aku hanya ingin melihat pesan darinya saja.
Oh ya kawan, aku ingin menceritakan sedikit kisah kenapa ia begitu berkesan, padahal kamibaru saja bertemu. Sebenarnya dialah yang baru bertemu dengan ku, sedangkan aku sudah mengenalinya sejak beberapa tahun yang lalu. Itu adalah pertemuan singkat kawan, ya, benar benar singkat. Rasanya sedikit sekali kemungkinan dia akan ingat tentang pertemuan itu, namun akupun tak tau, mungkin saja ada sedikit kenangan tentang diriku yang masih tersisa diingatanya, apapun itu, aku sangat berterima kasih. Sekarang yang ku tahu, aku hanyalah teman yang baru ia kenal kemarin lusa. Sulit sekali rasanya memperkirakan, adakah aku sedikit saja dibenaknya, mungkin saja berupa kenangan-kenangan usang, tak berkesan, dan tak perlu diingat-ingat. Karna aku hanyalah seseorang yang kebingungan, dan kebetulan ditolong olehnya.
Hujan masih begitu deras di luar sana, aku sibuk dengan senyum ku tentang potongan potongan masa lalu yang ikut menghujani ku, tak tahan rasanya ingin merasakan kembali kenangan itu, aku mencoba mengeluarkan jemariku, satu persatu kemudian hujan membuat jemariku basah. Begitu Dingin, basah namun indah. Begitulah hujan membuatnya selalu hadir dalam hidupku,hingga aku tak sadar, beberapa penompang bus menyadari bahwaaku sudah tersenyum-senyum sendiri sejak setengah jam yang lalu. Mereka mulai menatapku aneh, tapi aku tak peduli apa yang ada di dalam benak mereka, yang jelas semua yang ada di dalam benakku adalah dia (lelaki hujanku).
Minggu subuhyang dingin, ku sapa tuhanku dengan asma-asma-NYA, bersujud dan bersyukur atas semua karunia-NYA yang begitu menakjubkan, berdo’a agar kebahagiaan ini tak berhenti disini saja, semoga tuhan merestui aku bersamanya.
Di luar sana terdengar rintik-rintik mesra kesejukan itu mulai berdatangan, kemudian mereka bergerombolan, membasahi bumi ALLAH SWT, menambah semakin dinginya hari ini. Hingga pagi menjelang, hujan masih menggantikan kehadiran hangatnya matahari, lalu ku alihkan pandangan kepada kaca jendela kamar yang sudah mengembun, entah kenapa lelaki hujan itu, kembali menyapa ku, lagi-lagi membuat ku tersenyum-senyum sendiri saat menatap hujan.
Di tengah derasnya hujan dan khayalanku tantangnya, aku kembali melihat hp ku, kali ini bukan ingin memeriksa BBM darinya. Aku ingin menuliskan cerita bagaimana hujan telah menjelma menjadi sesuatu yang begitu indah dalam hidupku, menghadirkan kembali sosok masa lalu yang bahkan aku tak berani membayangkannya hadir di hidupku. Namun tuhan berkata lain, IA mengirimkan nya padaku melalui hujan, melalui senja, hingga membuatku tersenyum sendiri, mengingatnya.
R.Sovina
Padang, 05 juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H