Mohon tunggu...
Pencari Ilmu
Pencari Ilmu Mohon Tunggu... wiraswasta -

I love Allah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi ‘Nunduk’

20 September 2014   15:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:08 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjamurnya pengguna smartphone di kalangan remaja secara luas telah melahirkan genserasi ‘nunduk'. Asyik banget kalo remaja tunduk lantara patuh guru atau ortu. Kalo ini, tunduknya pada smartphone lantaran mata nggak lepas dari layar ponsel. Di mana aja, kapan aja tuh smartphone nggak ketinggalan. Udah kayak dicangkok aja di telapak tangan.

Ngumpul sama teman dan keluarga bukannya ikut dalam pembicaraan malah asyik chatting online via BBM atau whatsapp. Yang lain ngobrol seru-seruan diiringi tawa dan yang mencairkan suasana, eh dia malah nunduk ngobrol dengan kata-kata tanpa bersuara. Sampe ikut pengajian juga bukannya nyimak tausiyah ustadznya malah kasak-kusuk update statusnya.

Keasyikan remaja dengan smartphone menjadikan dirinya anti social tanpa disadari. Baginya, pertemanan, kebersamaan, dan komunitas hanya ada di dunia maya. Bukan di dunia nyata. Karena di dunia maya dia bisa terhubung dengan teman tanpa dibatasi waktu dan tempat. Bisa punya banyak friend list dan follower. Padahal sejatinya, dunia maya itu semu. Dari sekian ribu friend list dan follower, yang kenal kita juga sebaliknya mungkin cuma secuil aja. Saat kita curhat, kita nggak tahu apa ada yang peduli. Karena teman mereka yang lain juga pada curhat termasuk dirinya. Timeline penuh dengan status galau. Udah gitu, di dunia maya setiap orang bebas berbohong ria tentang kehidupan dan aktivitasnya. Nama akun, avatar, status, dan foto yang di upload tak menjamin originalitasnya. Kita berbagi suka cuman dapat like dan jempolnya. Kasih tausiah direspon retweet dan mention. Bukan ekpresi dari hati layaknya teman sejati.

Generasi nunduk makin terolisir dari lingkungan sekitar. Sendirian di tengah keramaian. Waktu senggang dihabiskan untuk chatting online atau update status di media sosial. Suasana angkutan yang penuh sesak udah kayak kuburan aja. Hening karena masing-masing sibuk dengan smartphone-nya. Penumpang disampingnya dianggurin kayak makanan basi. Boro-boro disapa, dilirik juga kagak. Giliran nggak tahu jalan alias tersesat, lebih memilih tanya ke Google Maps, cari info di waze, atau update status di facebook. Padahal di sekitarnya ada orang yang bisa ditanya. Tapi cuek aja kayak hidup sendiri.

Tanpa disadari, generasi nunduk ini kehilangan kemampuan hidup bersama dan juga makin alergi dengan kegiatan silaturahmi. Cari tahu kabar temannya yang menghilang dari peredaran, cukup mention di media social. Boro-boro nelpon, kirim sms aja mikir panjang takut pulsanya habis. Apalagi sengaja menjenguk ke rumahnya. Pikirnya, entar juga bakal balas mention kalo udah baikan.

Cukuplah smartphone sebagai alat komunikasi. Bukan malah menghambat kita untuk bersilaturahmi. Jadikan smartphone sebagai mediator kita berinteraksi dengan dunia maya. Tapi jangan sampai membunuh produktivitas kita di dunia nyata. Smartphone emang bisa mendukung kegiatan dakwah. Tapi berintraksi langsung dengan orang, jauh lebih berkah. Biar kita tahu reaksi bahasa tubuh, mimik wajah atau emosi lawan bicara yang mengajarkan kita cara hidup bersama dengan sesama manusia. Bukan dengan mesin yang ditunjukkan icon smiley atau emoticon. Waktu hidup kita sangat terbatas. Jangan habiskan waktu kita di internet. Karena saat kita sadar, hanya penyelesaian yang tersisa. Banyak momen hidup yang terlewatkan. Tak ada persiapan hadapi masa depan. Tempatkan tekhnologi di tanganmu. Kita yang kendalikan. Bukan di hatimu. Yang mengendalikan kita. Be wise sob!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun