Hati ini, Sabtu (06/06/2020) penulis kembali ke sawah dan kebetulan di sana sudah tersedia pondok kecil untuk istirahat dan tempat menempatkan hasil panen padi kami.
Pada hari itu kami bukan memanen padi akan tetapi merontok pagi tersebut karena sawah yang ada buah padinya kena kebanjiran dan penulis takut karena banyak lintah nya.
Disamping itu padi yang sudah dipanen menumpuk di pondok tersebut dan takutnya akan tumbuh karena padi-padi tersebut masih berair.
Kami merontok padi tersebut dengan manual saja bukan pakai mesin perontok seperti yang ada sekarang karena padinya juga yang sedikit. Kami merontok nya dengan kaki yaitu diinjak-injak sampai padinya lepas dari tangkainya.Â
Setelah padinya lepas dari tangkainya maka bekas tangkai dan daunnya kami tangkai sehingga padi tersebut siap dijemur dan diproses untuk menjadi beras.
Adapun yang kami lakukan saat itu tidak sampai ke proses menjadikan padi menjadi beras akan tetapi sampai padi tersebut sampai menjadi padi yang bersih dan siap disimpan dalam karung saja dulu.
Ada pelajaran yang dapat kita ambil dalam proses ini adalah betapa sulitnya mendapatkan sebiji padi dari menyemai sampai menjadi sebiji beras untuk dimakan setiap hari. Orang. Maka sesuai anjuran agama (Islam) agar kita tidak dibenarkan untuk bersikap mubazzir atau membuang-buang harta atau barang yang telah kita peroleh.Â
Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an yang artinya : "Dan Janganlah kau bersikap mubazzir, karena sikap mubazzir tersebut adalah saudara syaitan".Â
Semoga pengalaman kami hari ini menjadi pengalaman yang bermakna dalam hidup ini yaitu menghargai setiap jerih payah dan usha untuk menghasilkan sebiji padi dan bersyukur terhadap karunia Tuhan Yang Maha Kuasa ini.
Wallahu a'lam.
Salam inspirasi !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H