I.Fenomena Disinflasi Global
Sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,05 persen, mengalami pelambatan dibandingkan 5,31 persen pada tahun 2022. Pelambatan ini dipicu oleh perlambatan ekonomi global dan pengaruh inflasi yang tinggi. Pengeluaran pemerintah akan dikurangi sebagai bagian dari upaya mengurangi defisit anggaran. Ekspor dan impor juga meningkat, menunjukkan Indonesia masih mampu bersaing di pasar internasional.
Faktor utama yang menyebabkan pelambatan ekonomi pada kuartal IV 2023 antara lain: 1) Konsumsi rumah tangga yang melambat menjadi 4,5 persen (tahun ke tahun) dari 5,1 persen pada kuartal sebelumnya, terutama disebabkan oleh lemahnya daya beli kelas menengah atas serta keterbatasan peningkatan konsumsi pada segmen berpendapatan rendah menuju pemilihan umum; 2) Investasi yang juga melambat menjadi 5,0 persen (tahun ke tahun), turun dari 5,8 persen, akibat perlambatan pada investasi di peralatan dan kendaraan, meskipun investasi di bangunan dan infrastruktur cukup stabil akibat belanja modal dari pemerintah ; dan 3) Kinerja ekspor-impor yang menurun, dengan ekspor neto terhadap pertumbuhan PDB turun sekitar 0,4 poin persen.
Beberapa sektor, seperti makanan dan minuman, serta konstruksi, mengalami pertumbuhan rendah. Sektor konstruksi mencatat pertumbuhan tertinggi di kuartal IV 2023 dengan 7,7 persen, diikuti sektor pertambangan dan listrik/gas. Sektor akomodasi dan restoran tumbuh masing-masing 10,01 persen dan jasa lainnya 10,52 persen.
Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kesenjangan signifikan antara nominal dan PDB rill. PDB riil tumbuh sekitar 5,05% (y/y), sementara pertumbuhan industri nominal hanya mencapai 6,66% secara tahunan dan 3,67% pada triwulan IV. Ini menunjukkan adanya kontraksi dalam perekonomian Indonesia. Di sisi lain, inflasi global menurun, terutama akibat penurunan harga komoditas dan kelebihan persediaan industri di negara Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia. Situasi ini berdampak negatif pada ekspor Indonesia, khususnya batu bara dan nikel. Akibatnya, pertumbuhan PDB di sebagian besar sektor industri diproyeksikan hanya 1-2% pada 2023, lebih rendah dari inflasi, dengan penurunan pendapatan di semua segmen bisnis, kecuali sektor pertanian yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
Perlambatan inflasi global berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun beban utang negara ini lebih ringan dibandingkan negara berkembang lainnya. Resesi dapat menimbulkan “ilusi uang,” di mana penurunan keuntungan dari ekspor dan rendahnya konsumsi serta investasi mengarah pada prediksi deflasi. Pertumbuhan PDB yang melambat mempengaruhi produsen, yang mengalami penurunan keuntungan karena harga produk riil turun, sementara itu biaya input tidak berubah. Hal ini seperti ini dapat mengurangi investasi dan pertumbuhan perusahaan. Ditambah lemahnya permintaan domestik dan persaingan dari luar negeri, Indonesia berisiko mengalami ketidakseimbangan yang memperlambat pertumbuhan jangka panjang. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dapat memperluas anggaran melalui peningkatan belanja publik serta insentif pajak, atau Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga dan meningkatkan likuiditas. Mendorong kenaikan upah minimum provinsi juga dapat meningkatkan daya beli masyarakat, mendukung konsumsi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
II.Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia di pada triwulan 1 2024
Prakiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2024 menunjukkan perkembangan yang positif. Danarexa Securities memperkirakan pertumbuhan mencapai 5,16 persen (y/y), lebih tinggi dari 5,04 % pada kuartal IV 2023, didorong oleh peningkatan belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat konsumsi. Konsumsi pada rumah tangga diprediksi tumbuh sekitar 5,02 % (y/y), mendukung karena peningkatan penjualan listrik dan upah minimum. Sementara itu, belanja pemerintah diperkirakan meningkat menjelang pemilu Februari 2024. Investasi diprediksi tumbuh 4,10 persen (y/y), sedikit lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ekspor diproyeksikan naik menjadi 1,70 persen (y/y), didorong permintaan dari Tiongkok dan negara berkembang.
III. Tantangan dalam Ekonomi Global di Indonesia pada 2024
Pada 2024 diperkirakan menghadapi tantangan besar dalam perekonomian global, dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi 2,9 persen, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Tantangan ini disebabkan oleh konflik di negara Ukraina, kenaikan suku bunga dan lonjakan inflasi. Inflasi ini diperkirakan mencapai 6,5 persen pada 2023, sebelum tetap pada 4,1 persen di 2024. Sementara itu, laporan Bank Dunia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan turun mulai 2,6 persen pada 2023 sampai 2,4 persen pada 2024. Di AS, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat menjadi 1,6 persen, dipengaruhi oleh berkurangnya tabungan masyarakat akibat penurunan pendapatan. Zona Euro diprediksi tumbuh sedikit menjadi 0,7 persen. Sektor investasi mengalami tekanan karena sektor properti, mengakibatkan perlambatan perdagangan global yang juga mempengaruhi permintaan domestik dan impor.
Selain tantangan global, Indonesia menghadapi berbagai tantangan domestik pada tahun 2024, antara lain:
Pemerintah mengatasi tantangan ekonomi dengan menjaga stabilitas inflasi, meningkatkan investasi, mendorong ekspor, melindungi masyarakat miskin melalui bantuan sosial, dan melaksanakan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia melalui penyederhanaan regulasi dan peningkatan infrastruktur serta pendidikan
Menurut (IMF), pertumbuhan perekonomian di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 5,0 persen pada tahun 2024, sementara itu Bank Dunia lebih rendah, yaitu sekitar 4,9 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi domestik, dengan konsumen swasta sekitar 5,10% berkat peningkatan pendapatan rumah tangga dan kredit konsumen. Namun, inflasi menjadi tantangan, di mana inflasi diperkirakan mencapai 3,19%, melampaui target Bank Indonesia. Kenaikan suku bunga juga diantisipasi untuk menekan inflasi, dapat berdampak pada investasi yang rendah dan biaya pinjaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H