Hijab, dahulu belum terlalu akrab dengan kata tersebut, lebih sering mengenal dan menggunakan kata jilbab. Jilbab merupakan jenis pakaian muslimah yang dipadukan dengan busana muslimah atau baju panjang. Penamaan 'hijab' sekarang mulai menggerus penamaan dari jilbab.
Hijab bagi sebagian wanita merupakan kain penutup kepala. Kain yang kadang kala difungsikan sebagai penutup uban bagi wanita yang merasa risih dengan rambut putihnya. Bahkan dengan perkembangan zaman yang semakin keras turut membuat hijab semakin berkembang dengan fashionabel ala kekinian bahkan mode milenial.
Namun, harus didasari bahwa hijab bukanlah sekadar penutup yang sebagian orang berpendapat bahwa hijab adalah pembungkus aurat. Mereka tidak menyadari bahwa hijab merupakan bagian dari syariat yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang Muslimah.
Menggunakan hijab pada dasarnya adalah kewajiban bagi wanita muslimah meskipun masih banyak wanita muslimah yang belum menggunakan hijab. Tak dipungkiri perkembangan mode turut menggerus esensi dari pakaian muslimah. Bukan lagi sekadar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya.
Perkembangan tersebut tentu menjadi hal yang sangat menggembirakan, tidak lagi terkekang di tempat kerja, tidak ada larangan berpakaian tertutup, bahkan tidak ada lagi cibiran dan gelar khusus 'kura-kura ninja', 'istri Nurdin Top', dan 'wanita ISIS'. Wanita muslimah bebas mengenakan busana yang dulu dianggap busana 'teroris'. Malah pakaian tersebut semakin berkembang dengan mode kekinian yang sesuai dengan era milenial.
Namun, perkembangan tersebut perlu dicermati lebih mendalam karena busana kekinian atau busana/hijab  modis menggeser arti hijab yang sesuai dengan syariat. Hijab yang berwarna kontras, berwarna-warni, dan warna sangat mencolok bahkan penuh dengan hiasan.
Hijab yang seharusnya menjadi ciri, pelindung, dan penutup aurat yang terbebas dari kesan zaman jahiliah. Tetapi, perancang busana dengan jeli memanfaatkan situasi tersebut dengan merancang hijab/busana berkesan 'islami' tapi sebenarnya 'tidak islami'. Konsumen pun sangat menyukainya karena tidak ingin terkesan ketinggalan zaman dan tetap ingin tampil modis dengan kesan 'fashionable'.
Menggunakan hijab/busana esensialnya sesuai dengan syariat yang  tidak mengutamakan mode demi kesan modis. Tidak mengorbankan kewajiban wanita muslimah berpakaian syariat hanya karena ingin mengikuti perkembangan zaman/era kekinian untuk mengikuti tren mode
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H