Diera globlisasi ini teknologi semakin canggih dan berkembang pesat diberbagai bidang kehidupan. Di Indonesia penggunaan teknologi bahkan sudah menjadi bagian dari aktifitas sehari-hari. Salah satu perkembangan teknologi informasi adalah gawai berbasis internet. Gawai adalah sebuah perangkat atau perkakas mekanis yang mini atau sebuah alat yang menarik karena relatif baru sehingga banyak memberikan kesenangan baru bagi penggunanya. Gawai atau secara umum dikenal dengan istilah gadget atau hanphone yang merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dari keseharian kehidupan, karena para siswa mendapat fasilitas dari orang tuanya sendiri. Gawai adakalanya menyebabkan beberapa perilaku di luar norma-norma atau merujuk pada hal yang tidak semestinya, sehingga bisa memicu terjadinya faktor-faktor yang mempengaruhi pola perubahan perilaku atau karakter siswa.
Pada masa kondisi darurat seperti ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan SE Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. SE tersebut menjelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran jarak jauh agar peserta didik dapat tetap belajar selama masa pandemi Covid-19 ini. Pelaksanaan belajar dari rumah terbagi menjadi dua jenis, yakni pembelajaran jarak jauh dalam jaringan/online (daring) dan pembelajaran jarak jauh luar jaringan/offline (luring).Pembelajaran daring menggunakan gawai (gadget) maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring.Sedangkan pembelajaran luring menggunakan televisi, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar.(SE Sekretaris Jenderal No. 15 Tahun 2020).
Kebiasaan menggunakan perangkat digital memang salah satu penyebab adanya perubahan perilaku (karakter) dan ditambah lagi dengan penyediaan ragam permainan serta sistem belajar yang minim. Bermain media sosial banyak pengaruh negatif pada perilaku daripada sisi positifnya. Media sosial berdampak negatif pada perilaku belajar siswa serta kemajuan akademis. Peran orang tua cukup signifikan sebagai benteng pengatur apa saja yang diizinkan mempengaruhi perkembangan anak dan apa yang tidak. Dalam hal ini, sasaran utama adalah kelompok Sekolah Menengah Pertama. Kelompok Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki rentetan faktor pendorong penyesuaian, mulai dari ada tidaknya panduan yang jelas, ketersediaan sarana prasarana, sampai tingkat beban tugas. Selain itu, psikologis anak Sekolah Menengah Pertama masih berada pada transisi di antara peralihan dari pembelajaran dasar ke tingkat menengah.
Sepanjang Oktober 2019, ada sejumlah kasus anak dan remaja yang mengalami gangguan jiwa diduga karena kecanduan game online. Sebanyak 3 anak harus menjalani terapi di RSJD Amino Gondohutomo, Kota Semarang, karena kecanduan bermain game hingga menderita gangguan jiwa dan mereka yang harus menjalani terapi itu rata-rata berusia sembilan tahun. Kasus yang sama di kota semarang sebanyak 8 pelajar terindikasi kecanduan gawai dan mereka masih duduk di kelas 4 SD hingga SMP itu harus dirawat dan menjalani terapi karena kondisi kejiwaannya. Sumatera Selatan sebanyak 3 pelajar SMP menjalani terapi kejiwaan di RSJ Ernaldi Bahar Kota Palembang, karena kecanduan video porno dan bermain game. Mereka mengalami perilaku yang menyimpang yaitu: tidak mau sekolah, emosional, dan kerap mencuri untuk membeli kuota internet. Setelah dilakukan pemeriksaan mereka dinyatakan mengalami kecanduan gawai hingga akhirnya mengalami perubahan perilaku.
Kenakalan remaja yang lebih cendrung pada kelompok usia 15 hingga 17 tahun, karena penyalahgunaan gawai dikalangan anak-anak dan remaja juga penyebab turunya minat belajar yang berdampak pada nilai sekolah dan tidak ingin melakukan aktifitas diluar rumah. Anak-anak tentu sangat senang jika memperoleh gawai dari orangtuanya, namun tanpa disadari jika ini sangat mempengaruhi karakter pada anak.
Penggunaan gawai yang berlebihan kemungkinan membuat siswa bisa kecanduan, hal ini salah satu masalah yang selalu dihadapi semua orang tua. Penggunaan gawai mungkin harus segera di tangani secara cepat dan tepat pada generasi penerus bangsa supaya bisa menggunakannya dengan bijak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H