Mereka telah membuat lalulintas kendaraan di jalan Gejayan, Yogyakarta pada hari senin 23 September 2019, dan jalan sekitaran kompleks gedung DPR/MPR RI, Jakarta pada hari selasa 24 September 2019 kemarin harus dialihkan karena ulah mereka.
Bukan tanpa alasan mereka melakukan aksi yang membuat arus lalu lintas mati meski hanya beberapa jam saja. Mereka berada di sana karena melakukan protes kepada DPR tentang penolakan RUU KPK dan Kitap Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP), serta menolak rencana sejumplah pengesahan RUU lainya.
Jiwa dan semangatnya besar seperti raksaksa untuk melindungi negara dari pemerintahan yang salah. Mereka pantas disebut raksaksa yang bernama 'Mahasiswa'. Sesosok raksaksa yang bisa ditakuti oleh pemerintah. Mereka siap menerkam pemerintah apabila pekerjan pemerintah dinilai tidak benar oleh mereka.
Di beberapa media sosial nampak foto-foto mereka ketika sedang melakukan demo di lokasi. Foto-foto tersebut banyak juga yang memperlihatkan beberapa mahasiswa yang membawa kertas bertulisakan aspirasi mereka dalam kata-kata yang terbilang unik seperti "asline mager pol, tapi piye meneh? DPRe pekok(sebenarnya malesnya banget, tapi mau gimana lagi DPRnya bodoh)" ada juga yang seperti "Skincare mahal nggak papa buat panas-panasan, lebih mahal NKRI soalnya".
Aspirasi yang mereka tulis mereka terlihat seperti gurauan saja, tetapi itu hanya raungan manis mereka. Bisa saja mereka meraung menggunakan kata-kata yang tajam, jika mereka mau.
Apakah ini bisa terulang kembali?
Jelas hal ini bisa terulang kembali jika permintaan mereka tidak dikabulkan oleh pemerintah. Bahkan bisa lebih banyak pesertanya.
Foto-foto yang tersebar di media sosial bisa memicu para mahasiswa yang belum ikut menjadi ikutserta dalam demo yang akan datang. Meskipun mahasiswa yang menjadi penambah hanya beralasan "biar bisa punya foto sedang mengikuti demo" tetapi bukan berarti hal itu akan menjadi hal yang aman-aman saja.Â
Mereka bisa terpancing provokasi dan yang paling parah bisa melakukan perusakan pada fasilitas publik sebagai bentuk kekecewaan mereka.
Tentunya, faktor pelajaran dan simulasi aksi perlu dilakukan oleh para mahasiswa sebelum melakukan aksi unjuk rasa. Hal ini bertujuan agar mereka paham betul ujuk rasa yang baik dan benar itu seperti apa, dan apa saja yang akan terjadi saat mereka melakukan aksinya nanti. Jangan sampai mereka datang dan hanya ikut-ikutan saja tanpa tahu apa yang akan mereka hadapi.