Mohon tunggu...
Rahmad Zakariyah
Rahmad Zakariyah Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ledeng

Pekerja Teks Komersial cabang tukang ledeng

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Bersama Keluarga Besar, Kerepotan yang Menyenangkan

10 Mei 2022   23:48 Diperbarui: 10 Mei 2022   23:57 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pose di depan Candi Prambanan/dokpri

Sebagian besar anak pasti mempunyai cita-cita untuk membahagiakan orang tuanya, entah bagaimana bentuk dan caranya. Bagi yang muslim, pasti banyak yang memiliki cita-cita untuk bisa memberangkatkan orang tuanya untuk naik haji, salah satu rukun islam yang dianjurkan bagi yang sudah mampu. Pun saya saat ini, memiliki cita-cita tersebut. Walaupun sampai saat ini masih belum terealisasi.

Cita-cita lain adalah bisa membawa kedua orang tua saya untuk berwisata, mengunjungi serta menikmati tempat wisata yang selama ini belum pernah mereka kunjungi. Bahasa kerennya saat ini adalah "healing". Maklum saja, keadaan ekonomi keluarga saya saat saya masih kecil cukup kekurangan. Jangankan berwisata, bisa menyekolahkan saya dan adik sampai tingkatan SMA saja sudah Alhamdulillah. Tak heran, jika berwisata atau rekreasi menjadi barang yang mewah bagi kedua orang tua saya. Mungkin mereka ada keinginan untuk bisa berwisata, namun keinginan itu harus dikubur dalam-dalam karena kondisi ekonomi, sehingga berwisata semacam hal yang tabuh untuk direalisasikan. Bahkan ketika anaknya, saya dan adik saya sudah hidup cukup mapan dan berkecukupan.

Berbagai upaya coba saya lakukan untuk bisa membawa kedua orang tua saya untuk bisa berwisata, untuk sekedar melepas penat, rehat sejenak dari aktivitas sehari-hari dan pastinya agar mereka bahagia. Namun, semua gagal. Sebagai orang tua, mereka tampaknya bahagia ketika anaknya bahagia.

Saya sudah berkeliling Indonesia, mengunjungi beberapa destinasi wisata dihampir semua pulau Indonesia. Bahkan beberapa kali berkesempatan pergi ke luar negeri. Tapi belum sempat mengajak kedua orang tua saya, bahkan sekedar ke daerah wisata terdekat dengan tempat tinggal kami. Paling mentok ke rumah saudara yang berada di luar kota tempat tinggal kami.

Saya tidak patah semangat dan terus mencoba untuk bisa membawa kedua orang tua saya berwisata, bagaimanapun caranya. Dan Alhamdulillah, Alloh mengabulkan cita-cita saya. Pasca dua tahun pandemi, saya berhasil membujuk orang tua saya untuk berwisata, saat libur lebaran 2022. Senang, bangga dan haru rasanya bisa mewujudkan itu. Bersama keluarga besar dari Emak, saya mengajak mereka semua berwisata, dan Jogjakarta menjadi destinasi utama kali ini.

Saya tak peduli, berapapun uang yang saya keluarkan, bahkan jika harus menguras tabungan, saya kuras habis untuk bisa berwisata bersama kedua orang tua saya. Uang bisa dicari, tapi kebahagiaan mereka tidak bisa dibeli. Saya menyewa kendaraan elf  dengan kapasitas 20 orang untuk menuju ke Jogjakarta. Kebetulan salah satu bulek saya ada kenalan di Sleman yang rumahnya bisa dijadikan tempat menginap.

Destinasi pertama adalah Hutan Pinus Pengger. Disana kami menikmati keindahan alam pinus yang memukau, walaupun jalan ke dalam hutan tersebut agak menanjak dan cukup jauh, tapi terlihat jelas raut muka kedua orang tua saya senang dan bahagia, seperti tidak capek harus berjalan. Ditambah lagi berwisatanya bersama dengan adik-adiknya serta beberapa ponakan dan cucu satu-satunya, membuat mereka sangat bersemangat dan antusias.

Rencananya di hutan pinus ini, hanya sekitar satu jam. Namun akhirnya molor karena masing-masing keluarga punya kegiatan sendiri-sendiri, ada yang foto-foto di spot-spot favorit, ada yang makan sambil menikmati keindahan alam, ada yang bermain di area permainan dan ada yang berjalan-jalan saja menikmati keindahan alam hutan pinus. Sehingga harus saling menunggu untuk pindah ke destinasi selanjutnya.

Saudara emak, dari kiri ke kanan (Anak ke-7 (Bulek), Anak ke-3 (Emak), Anak ke-5 (Bulek), Anak ke-2 (Pak Dhe)/dokpri
Saudara emak, dari kiri ke kanan (Anak ke-7 (Bulek), Anak ke-3 (Emak), Anak ke-5 (Bulek), Anak ke-2 (Pak Dhe)/dokpri

Berikutnya kami ke kids fun park yang berada tak jauh dari tempat menginap, untuk menyenangkan beberapa keponakan serta cucu orang tua saya yang juga ikut berwisata. Disana, mereka bermain air, berenang serta bersenang-senang.

Ke Jogjakarta tidak sah rasanya kalau tidak ke Malioboro. Walaupun jalan ke Malioboro sangat padat, karena memang  waktu libur lebaran, tapi kami serombongan tetap semangat dan antusias. Disana kami berjalan-jalan di jalanan Malioboro sembari berbelanja oleh-oleh, seperti bakpia juga batik.

Sebagai orang yang dianggap cukup berpengalaman berwisata, saya harus mengatur serta mengarahkan rombongan agar tidak tersesat dipadatnya jalan Malioboro.  Karena masing-masing keluarga berpencar, saya harus rela tidak menikmati Malioboro agar keluarga besar saya bisa menikmati wisata di Malioboro. Satu keluarga selesai jalan-jalan langsung saya arahkan menuju mobil, agar istirahat sejenak. Kemudian saya harus memantau keluarga yang lain yang masih berjalan-jalan agar segera selesai dan kembali ke mobil untuk segera balik ke penginapan, karena hari sudah larut malam.

Walaupun saya capek untuk mengatur mereka berwisata dan tidak menikmati tempat wisata, saya cukup senang dan bahagia, bisa membawa mereka, khususnya kedua orang tua saya berwisata.

Hari berikutnya kami mengunjungi Candi Prambanan, untuk menikmati keindahan candi yang dibangun dalam semalam itu serta keasrian area candi. Tak lupa kami sempatkan untuk mengabadikan beberapa momen seru selama di Prambanan. Lagi-lagi walaupun jalannya cukup jauh, tapi mereka tetap bersemangat.

Rombongan keluarga besar saat tiba di Candi Prambanan/dokpri
Rombongan keluarga besar saat tiba di Candi Prambanan/dokpri
Disini, ada kejadian cukup mengejutkan. Salah satu keponakan terpisah dari rombongan, sampai harus lapor ke informasi tempat wisata untuk diumumkan dan dibantu mencari, syukurlah akhirnya ketemu. Setelah semua selesai menikmati wisata candi Prambanan dan kembali ke mobil, salah satu bulek tak kunjung kembali. Sehingga saya pun harus mencarinya, sementara yang lain saya minta menunggu di mobil saja. Kebetulan bulek dan paklek saya tidak membawa handphone yang bisa dihubungi. Saya putuskan menunggu di gerbang pintu keluar. Setelah beberapa saat, akhirnya bulek dan paklek saya pun berhasil saya temukan, ternyata mereka berdua nyangkut di tempat perbelanjaan candi Prambanan.  Mereka berdua langsung saya arahkan ke mobil, untuk segera bergeser ke destinasi selanjutnya.

my Everything, EMAK!!!/dokpri
my Everything, EMAK!!!/dokpri
Kejadian menarik lainnya adalah dua bulek saya mampir ke salah satu restoran all you can eat dalam area candi Prambanan. Karena "wong ndeso" yang tidak paham all you can eat, mereka menanyakan harga dikasir dan seperti emak-emak pada umumnya, mereka berduapun menawar untuk membayar satu pax untuk dimakan dua orang, dan berhasil (hahahahaha). Bahkan beberapa makanannya pun ada yang dibungkus tisu dan dimasukkan ke dalam tas mereka.
Rencananya, di Candi Prambanan ini kami menghabiskan waktu satu sampai dua jam, namun karena banyak kejadian yang mengejutkan serta kejadian menarik lainnya yang membuat saya sampai harus mengelus dada sendiri, menjadi molor selama kurang lebih empat jam.

Pose di depan Candi Prambanan/dokpri
Pose di depan Candi Prambanan/dokpri
Sebagai keluarga Nahdliyyin, tak lengkap rasanya jika berwisata tanpa ziarah ke makam Wali di daerah setempat. Kami pun memutuskan untuk berziarah ke Makam Sunan Pandanaran yang berada di sekitar jalan Bayat, Klaten. Disini, suasananya cukup sepi, berbeda dengan lokasi-lokasi wisata sebelumnya yang sangat padat.

Karena makam Sunan Pandanaran ada diatas bukit, kami harus menapaki sekitar 200 anak tangga. Hebatnya, orang tua serta paklek-paklek dan bulek-bulek saya yang sudah cukup sepuh, sangat semangat dan antusias untuk menyusuri 200 anak tangga tanpa naik ojek. Lagi-lagi, rencana disini yang hanya sekitar satu jam harus molor sampai tiga jam, karena ada yang masih belanja, ada yang mandi di sekitar makam atau sekedar menikmati kuliner sekitar makam.

Karena perjalanan menuju rumah melewati Solo, tak lupa kami sempatkan untuk menikmati kuliner khas solo, tengkleng, tongseng serta sate buntel. Warung Pak Manto yang tersohor itu menjadi jujugan kami, dan wow!!! Tempat tersebut sangat ramai, sampai-sampai makanan yang kami pesan baru datang sekitar satu jam.

Setelah selesai menyantap kuliner di Pak Manto, kami langsung pulang menuju rumah. Dalam perjalanan, saya sempat bertanya pada orang tua serta paklek dan bulek, apakah mereka capek dengan wisata yang  cukup menguras tenaga ini. Serempak menjawab tidak. Bahkan mereka bilang bahagia dan merencanakan untuk berwisata lagi dikemudian hari. Padahal biasanya mereka mudah capek jika naik mobil dalam waktu yang cukup lama.

Mendengar jawaban itu, saya yang tadinya sangat capek karena harus mengatur perjalanan wisata kali ini menjadi kembali bersemangat dan bahagia. Karena cita-cita saya untuk mengajak berwisata kedua orang tua saya terwujud, ditambah lagi mereka bahagia dengan perjalanan wisata kali ini. Walaupun saya sama sekali tidak menikmati setiap destinasi wisatanya. Karena memang, tujuan saya bukan berwisata dan menikmati wisata untuk diri saya sendiri, melainkan untuk keluarga besar saya, terutama kedua orang tua saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun