Mohon tunggu...
Rahmad wahyu jadmiko
Rahmad wahyu jadmiko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa tehnik informatika

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Alur System SLDC Dengan Metode Waterfall

24 Juni 2023   01:15 Diperbarui: 24 Juni 2023   01:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Alur System Development Life Cycle (SDLC) atau Siklus Hidup Pengembangan Sistem adalah pendekatan sistematis yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak dan sistem informasi. SDLC membantu tim pengembang dalam merencanakan, merancang, mengembangkan, menguji, dan mengimplementasikan sistem dengan cara yang terstruktur dan terukur. SDLC terdiri dari serangkaian tahap yang saling terkait dan setiap tahap memiliki tujuan khusus yang perlu dicapai sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.

Salah satu metode SDLC yang paling umum dan tradisional adalah metode Waterfall. Metode Waterfall merupakan pendekatan linear dan berurutan, di mana setiap tahap pengembangan dilakukan secara berurutan dan tahap berikutnya dimulai setelah tahap sebelumnya selesai. Berikut adalah penjabaran tentang tahapan metode Waterfall:

  1. Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis): Tahap ini melibatkan identifikasi kebutuhan sistem dan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dicapai oleh sistem yang akan dikembangkan. Tim pengembang bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mendokumentasikan persyaratan sistem secara rinci. Output dari tahap ini adalah Dokumen Persyaratan Sistem yang berisi deskripsi kebutuhan fungsional dan non-fungsional sistem.

  2. Perancangan Sistem (System Design): Pada tahap ini, tim pengembang merancang arsitektur sistem secara keseluruhan. Mereka mengidentifikasi komponen-komponen sistem, hubungan antara komponen-komponen tersebut, serta merancang antarmuka pengguna. Rancangan sistem melibatkan diagram aliran data, diagram struktur database, dan deskripsi teknis yang mendetail. Output dari tahap ini adalah Dokumen Perancangan Sistem yang berisi deskripsi rinci tentang arsitektur dan rancangan sistem.

  3. Implementasi (Implementation): Tahap ini melibatkan pembangunan atau pengkodean sistem berdasarkan perancangan yang telah dibuat sebelumnya. Tim pengembang mengubah desain sistem menjadi kode program yang dapat dieksekusi. Selama tahap ini, pengujian unit juga dilakukan untuk memastikan bahwa setiap komponen bekerja dengan benar secara terisolasi. Output dari tahap ini adalah kode program yang siap untuk diuji.

  4. Pengujian (Testing): Tahap pengujian melibatkan verifikasi dan validasi sistem untuk memastikan bahwa sistem bekerja sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengujian dilakukan dalam beberapa tingkatan, mulai dari pengujian unit, pengujian integrasi, hingga pengujian sistem secara keseluruhan. Jika terdapat cacat atau kesalahan, tim pengembang akan melakukan perbaikan dan pengujian ulang. Output dari tahap ini adalah sistem yang telah diuji dan siap untuk diimplementasikan.

  5. Penerapan (Deployment): Tahap ini melibatkan pengiriman sistem yang telah selesai ke lingkungan produksi atau pengguna akhir. Sistem diinstal dan dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pada tahap ini, pelatihan pengguna juga dapat dilakukan agar mereka dapat mengoperasikan sistem dengan baik. Output dari tahap ini adalah sistem yang telah berhasil diimplementasikan.

  6. Pemeliharaan (Maintenance): Tahap pemeliharaan melibatkan pemantauan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem setelah diimplementasikan. Tim pengembang akan merespons masalah atau permintaan perubahan dari pengguna sistem. Pemeliharaan dapat meliputi perbaikan bug, peningkatan kinerja, atau penyesuaian dengan perubahan kebutuhan bisnis. Tahap ini dapat berlanjut selama siklus hidup sistem.

Metode Waterfall sangat cocok digunakan ketika persyaratan sistem sangat jelas, stabil, dan tidak berubah secara signifikan selama pengembangan. Pendekatan yang linier dan berurutan ini memungkinkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan sistem dan merancangnya secara terperinci sebelum implementasi dimulai. Namun, kelemahan metode Waterfall adalah kurang fleksibilitas dalam mengatasi perubahan kebutuhan yang mungkin muncul di tengah jalan.

Penting untuk diingat bahwa setiap metode SDLC, termasuk metode Waterfall, memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Pemilihan metode yang tepat harus dilakukan berdasarkan karakteristik proyek, kebutuhan bisnis, dan ketersediaan sumber daya. Terkadang, kombinasi metode atau pendekatan hibrida dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan pengembangan sistem yang kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun