Jika membahas tentang kesejahteraan, menurut KBBI kata sejahtera diartikan sebagai aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Dalam istilah umum kata sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Pandangan orang tentang sejahtera selalu berkaitand dengan financial dan kesehatan jasmani dan rohani. Dan jika setiap orang ditanya apakah kesejahteraan menurut mereka dan apakah mereka menganggap dirinya sudah sejahtera atau belum, tentu kita akan mendapat berbagai macam jawaban.
Menurut saya, sejahtera adalah ketika saya tidak mendapat tekanan dari segi apapun, entah itu tekanan ekonomi, kesehatan, dan tanggungan. Dan tentunya saya menjawab demikian karna saya belum ada difase itu atau bisa dikatakan saya belum sejahtera. Sebagai rakyat indonesia untuk mencapai kesejahteraan tentu banyak sekali rintangan ditambah lagi sempitnya lapangan pekerjaan ditambah lagi praktek sogok-menyogok dan orang dalam yang semakin menyulitkan para pelamar kerja dengan jalur murni. Pada agustus 2023 jumlah pengangguran di indonesia mencapai 7,86 juta orang hal ini berarti sekitar 8 juta orang penduduk indonesia kesulitan untuk mencapai kesejahteraan.
Imbas dari meningkatnya angka pengangguran ini adalah angka kemiskinan di indoensia yang ikut meningkat, pada maret 2023 jumlah penduduk miskin di indonesia ada diangka 25,90 juta orang. Hal ini berarti sekitar 26 juta rakyat indonesia kesulitan mencapai kesejahteraan atau mungkin tidak terpikir sampai kesitu. Bagi sebagian orang kesejahteraan hanya angan-angan yang akan selalu jadi khayalan,”kalo saya yang penting dapur ngepul mas”, ucap seorang pemulung yang hampir tiap hari sarapan soto di warung ibu saya.
Penyebab meningkatnya kemiskinan kebanyakan adalah kemiskinan struktural atau kemiskinan turun temurun, pola pikir yang fatal seperti menganggap sekolah tinggi-tinggi itu tidak berguna dan selalu mengambil contoh dari orang sukses yang tidak sekolah atau punya latar belakang pendidikan yang pas-pasan. Tak jarang ada orang tua yang dengan tanpa rasa bersalah menyuruh anak-anaknya untuk bekerja diusia yang tak seharusnya. Dan orang tua cerdas seperti ini sibuk menambah keturunan dengan berasaskan “banyak anak banyak rezeki” yang secara tidak langsung memperluas struktural kemiskinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H