Mohon tunggu...
rahmad sandisatrio
rahmad sandisatrio Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

baik, manis, ramah, dan berkarakter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TikTok Shop dan Kontroversi

7 November 2023   12:14 Diperbarui: 7 November 2023   12:14 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah palform social media yang menyediakan short video yang kita kenal dengan Tiktok baru-baru ini ramai dibicarakan karena sempat mengeluarkan fitur berupa laman shopping yang lebih dikenal dengan Tiktokshop, kemudian pada 4 oktober lalu fitur shopping pada aplikasi Tiktok ini resmi ditutup akibat banyaknya keluhan dari pelaku UMKM offline yang mengaku dirugikan dengan adanya Tiktokshop ini. 

hal ini dimulai dari keluhan pelaku UMKM di tanah abang yang mengaku pendapatan mereka semakin merosot akibat adanya Tiktokshop, mereka juga menuntut penutupan Tiktokshop. setelah diusut oleh PERMENDAG ternyata Tiktok hanya mengantongi izin sebagai platform sosial media saja dan tidak mengantongi izin sebagai platform social media e-commerce.

Namun jika kita tarik kebelakang, diawal kemunculan GOJEK dan GRAB fenomena sepeti ini juga terjadi, para ojek pangkalan tidak terima dengan adanya GOJEK dan GRAB karna dinilai membat pendapatan mereka menurun. Dan jika kita cari persamaan kasus, Instagram dan Facebook juga terdapat laman shopping didalam aplikasi mereka. Dan dari informasi yang saya gali semua pertanyaan mengarah kepada,

Kenapa Tiktokshop sampai ditutup?

Selain tidak mengantongi izin sebagai social media e-commerce, tiktokshop juga dinilai merusak perekonomian diindonesia, hal ini dikarenakan barang-barang yang dijual ditiktokshop adalah barang tiruan yang dibuat di China kemudian dijual kembali ke indonesia dengan selisih harga yang sangat jauh. Misal sebuah brand besar yang menjual barang dengan harga normalnya yaitu kisaran 500-1jt rupiah kemudian dijual di Tiktokshop dengan harga yang jauh dibawah harga normal, meskipun sudah ditambahkan deskripsi bahwa barang yang dijual adalah barang KW alias barang tiruan, bangsa kita mempunyai presentase minat baca yang amat sangat kecil, jadi mustahil jika deskripsi barang tersebut terbaca. Hal ini lah yang membuat Tiktokshop dinilai merusak perekonomian diindonesia dikarenakan roda ekonomi tidak berputar diindonesia namun uang yang dikeluarkan akan langsung menuju china.

Kenapa facebook dan instagram tidak ikut ditutup?

Pertanyaan ini sering muncul akhir-akhir ini karna dirasa platform social media yang juga menyediakan laman shoppinh bukan hanya Tiktok, namun ada instagram dan juga facebook yang melakukan hal yang sama. Hal ini dikarenakan adanya pihak ketiga, jika kita berbelanja diinstagram maka kita akan disajikan link yang akan mengarahkan kita ke direct massage penjual atau diarahkan ke aplikasi e-commerce seperti shopee atau tokopedia, maka instagram namun instagram hanya dipakai untuk promosi, namun yang terjadi ditiktok shop adalah kita benar-benar melakukan pembelian menggunakan aplikasi tiktok yang diperkuat dengan adanya pihak ketiga seperti jasa pengiriman yang langsung bisa kita pilih.

Apa saja pro dan kontranya?

Jika membahas tentang pro dan kontra tentunya akan selalu ada pihak yang pro dan tidak sedikit juga yang kontra terhadap penutupan tikokshop ini, jika menurutp pelaku UMKM offline yang pro terhadap penutupan Tiktokshop dan  merasa ppendapatannya  menurun semenjak adanya Tiktokshop itu bisa jadi masuk akal karena media promosi ditiktok itu lebih beragam ditambah lagi ada sebagian toko di tiktok yang mempromosikan jualannya dengan cara livestreaming yang membuka peluang keuntungan lebih besar diluar penjualan dengan adanya Gift dan saweria. 

Namun jika melihat dari pandangan pihak yang kontra seperti kotra tentunya banyak pihak yang dirugikan dengan ditutupnya Tiktokshop, seperti banyak keryawan yang kehilangan pekerjaan, pengusaha yang usahanya terancam bangkrut, selain itu jasa pengiriman seperti J&T yang melakukan pengurangan karyawan dikarenakan pendapatan mereka menurun sejak Tiktokshop tutup, karna paket yang mereka terima dari Tiktokshop itu lebih mendominasi ketimbang paket dari e-commerce lain. Jika dilihat dari pandangan konsumen tentu sangat menolak penutupan Tiktokshop ini, mereka bisa membli barang yang selisih harganya lumayan jika mereka beli secara offline, apalagi ada beberapa toko dipasar yang tidak menyertakan label harga dibarang yang mereka jual, jadi terkesan asal sebut harga jika ada konsumen yang menanyakan harga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun