Mohon tunggu...
Rahmad Romadlon
Rahmad Romadlon Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Menulis Puisi, Artikel, Kata-kata Bijak, dan Motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gambaran Sikap AMIN dan GAMA Dalam Kacamata Sosiologi

31 Maret 2024   00:21 Diperbarui: 31 Maret 2024   00:24 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahmad Romadlon

Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Sikap Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang menolak menerima kekalahan dalam pemilu 2024  dan mengajukan tuntutan kepada Mahkamah Konstitusi untuk mendiskualifikasi Gibran dan mengadakan pemilihan ulang mencerminkan dinamika sosial yang kompleks dalam politik kontemporer Indonesia. Dalam perspektif sosiologi, sikap ini dapat dianalisis melalui konsep konflik, kekuasaan, dan legitimasi.

Pertama, sikap tersebut mencerminkan adanya konflik politik yang mendalam di masyarakat. Ketika kalah dalam sebuah kontes politik, terutama dalam pemilihan umum, kandidat dan pendukungnya sering kali mengalami ketegangan emosional dan konflik dengan pihak lawan. Konflik ini tidak hanya melibatkan kandidat dan pendukungnya, tetapi juga memengaruhi dinamika sosial lebih luas di masyarakat.

Kedua, sikap ini juga mencerminkan dinamika kekuasaan dalam politik. Dalam sistem demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai mekanisme utama untuk mentransfer kekuasaan dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya secara damai dan sah. Namun, ketika pihak yang kalah menolak untuk menerima hasil pemilihan dan mengajukan tuntutan hukum, hal tersebut menggambarkan upaya untuk mempertahankan atau merebut kembali kekuasaan yang dianggap telah dirampas secara tidak adil.

Ketiga, sikap ini menyoroti pentingnya legitimasi dalam politik. Legitimitas merupakan prinsip kunci dalam menerima otoritas politik, baik dari pemerintah yang terpilih maupun dari institusi-institusi yang mengatur proses politik. Ketika pihak yang kalah dalam pemilihan umum meragukan legitimasi pemenang dan mengajukan tuntutan hukum, hal tersebut dapat menggoyahkan fondasi legitimasi demokrasi itu sendiri.


Dapat disimpulkan bahwa,
sikap Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang menolak menerima kekalahan dalam pemilu dan mengajukan tuntutan kepada Mahkamah Konstitusi untuk mendiskualifikasi Gibran dan mengadakan pemilihan ulang mencerminkan dinamika sosial, konflik, kekuasaan, dan legitimasi dalam politik kontemporer Indonesia. Ini menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam membangun dan mempertahankan demokrasi yang kuat dan stabil di negara ini.

#NEXT Chapter, Kita Kupas  dengan Teori Sosiologinya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun